Monday, October 31, 2016

photo












Read More

Sunday, June 15, 2014

Video Dokumenter KPI C 2012

Komunikasi penyiaran islam atau kpi, adalah sebuah jurusan yang terdengar biasa saja, namun semua berubah menjadi luar biasa, saat kita menyebutnya kpi c 2012, ya kpi c 2012.

Lebih jauh tentang kpi c, mereka bukanlah sekedar teman atupun sahabat, mereka adalah keluarga, yang dipersatukan oleh nomor nim, atau apalah sebabnya, tapi mereka menikmatinya.

Makrab season 2 adalah hal yang istimewa, berbeda dari makrab sebelumnya, makrab yang kedua ini lebih banyak menyimpan hal yang menyenangkan, seperti berbagai permainan, makan bersama, beribadah bersama, bahkan menegangkan, uji nyali, jerit malam, tersesat, dan terbakar/ oh bukan, tapi bakar-bakaran.

Pokoknya banyak suka dan duka selama makrab tersebut berlangsung, tapi yang pasti sih banyak sukanya.... Paling dukanya cuma saat malem harus ke kamar mandi karena disana gelap

MONGGO GAN, LANGSUNG CHEKIDOT .... :D




Makrab season 2 kpi c adalah hal yang luar biasa dan semua pasti berharap kebersamaan dan keakraban mereka tak akan berhenti disini saja, kpi c adalah keluarga dan keluarga akan selalu menghargai dan mengasihi. See you next makrab guys....
Read More

Thursday, June 12, 2014

Film Dokumenter "Tembakau Bikin Galau" By @ArikArjuna



LATAR BELAKANG

Rokok merupakan tembakau yang dibalut kertas berbentuk silinder dan terisi berbagai jenis daun berukuran antara 70 mm hingga 120 mm dengan diameter  10 mm dan  cara penggunaannya sendiri adalah dengan cara dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam saku atau kantong. Seperti yang kita ketahui rokok sangat disukai masyarakat kita, karena hal inilah di Indonesia rokok sangat mudah dijumpai di berbagai tempat dan diperjual belikan secara bebas kepada semua tingkatan usia.
Walaupun bahaya rokok sangat mengancam bagi kehidupan orang akan tetapi rokok seakan menjadi primadona bagi semua kalangan. Mulai dari pria, wanita, tua, muda atau bahkan hingga kalangan anak-anak mulai menggemari rokok. Kebanyakan orang menganggap bahwa rokok hanyalah benda yang dihisap dan merupakan sesuatu yang tidak memiliki keuntungan karena hanya menghisap asap, akan tetapi hal tersebut dipandang berbeda oleh perokok aktif. Bagi mereka rokok merupakan sesuatu hal yang setara dengan hiburan maupun pelepas stress, “lebih baik ngak makan daripada ngak merokok” inilah ungkapan mereka yang memang sudah kecanduan rokok. Padahal sudah tertera dengan jelas pada bungkus-bungkus rokok tertera pesan akan bahayanya merokok, tetapi pesan tersebut tampaknya hanya menjadi hiasan pada bungkus rokok tersebut, mengingat semakin hari jumlah perokok semakin meningkat. Mereka tak menghiraukan himbauan pada bungkus rokok serta iklan layanan masyarakat ketika dikatakan bahwa rokok itu membunuhmu.

Mengingat akan fenomena rokok yang semakin tak terkendali pada masyarakat kita ini, maka dari itu kami segenap insan muda yang peduli akan nasib bangsa, mencoba untuk memberikan pencerahan kepada keluarga kita yang sedang terlena oleh kenikmatan semu tembakau.

By : Asyhari Amri
Read More

Wednesday, June 4, 2014

SHOCK CULTURE DALAM KEHIDUPAN


TUGAS UAS
SHOCK CULTURE DALAM KEHIDUPAN

  1. MASALAH
Dalam menjalani kehidupan, seseorang yang tinggal dalam suatu daerah, maka dia akan mempunyai kebudayaan ataupun kebiasaan daerah tersebut, sehingga merasa nyaman untuk tinggal disana. Akan tetapi kenyamanan itu akan lenyap sejalan dengan seumpama orang tersebut pindah ke daerah yang baru, dengan budaya, adat istiadat yang amat berbeda dengan tempat asalnya. Contohnya adalah orang indonesia yang menuntut ilmu (kuliah) di luar negeri, semisal negara jepang. Hidup di Indonesia dengan berbagai kebiasaan dan adat istiadatnya yang sudah menjadi bagian hidupnya seperti waktu yang sering telat, kebiasaan makan yang berbeda, logat berbicara khas indonesia seperti itu, tiba-tiba harus pergi ke negara yang memiliki kebudayaan sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan membuat mahasiswa tersebut mengalami masa, dimana ia merasa tidak nyaman dan kaget dengan keadaan sekitar, atau yang biasa disebut dengan “culture shock atau shock culture”.

             Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut “gegar budaya”, adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Istilah culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang sosiolog bernama Kalervo Oberg di akhir tahun 1960.  Ia mendefinisikan culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian, adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial baru.
  1. Analisis
Dari sekelumit pengertian tentang permasalahan culture shock, maka hal yang patut diketahui adalah apa saja faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Dalam proses terjadinya culture shock, ada beberapa hal menjadi penyebabnya, karena tidak mungkin peristiwa psikologis tersebut hadir tanpa ada suatu penyebab. Seseorang yang datang kesebuah daerah yang benar-benar baru, dan belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar pasti akan merasa tidak nyaman, seolah terasing dari dunia sekitar. Dari situ maka dibutuhkan beberapa acuan yang dapat digunakan untuk mengurangi aaupun mencoba menghilangkan culture shock tersebut.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya culture shock adalah, sebagai berikut :
·         Rasa cemas karena tidak dapat berbicara dalam bahasa asing (bahasa baru yang belum sepenuhnya di pahami. Hal ini dapat terjadi ketika seorang mahasiswa indonesia yang pergi ke amerika, maka orang tersebut akan menemukan banyak sekali bahasa-bahasa “slengekan” maupun bahasa khas amerika yang tidak diketahui sebelumnya, dan bahkan belum dipelajari sebelumnya. Dari situlah perasaan gusar akibat culture shock akan muncul.
·         Belum mengetahui adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku. Contohnya ketika orang Indonesia melanjutkan study di Paris Perancis, mereka akan sangat merasa kurang nyaman melihat perilaku-perilaku mesra para lesbi dan gay yang ditunjukan secara vulgar di sekitarnya. Perasaan kaget yang timbul terhadap pasangan homogen tersebut di karenakan di Indonesia sendiri, komunitas tersebut lebih tertutup dan mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dan dipandang sebelah mata oleh banyak pihak di Indonesia. Sementara di Paris dan beberapa negara liberal, komunitas mereka adalah bebas. Berciuman dan bermesraan di depan umum pun tidak dianggap suatu perbuatan memalukan. Nah, dari situ maka akan muncul perasaan yang membuat kenyamananan berkurang bahkan merasa ingin pulang kedaerah asal.
·         Belum mengerti perilaku masyarakat, hampir sama seperti poin sebelumnya, jika belum mengenal sejauh mana perilaku masyarakat negara asing yang sangat berbeda dengan negara sendiri maka hal itu juga akan membuat seseorang akan mengalami culture shock akibat perbedaan perilaku masyarakatnya, karena tidak sesuai dengan kebiasaannya.
·         Menemukan hal-hal baru yang tidak sesuai dugaannya, maksudnya adalah saat berkunjung kesebuah tempat yang baru, maka setidaknya seseorang mempunyai gambaran umum tentang daerah tersebut, akan tetapi jika sudah terlanjur pergi kesana, biasanya banyak hal-hal yang tidak sesuai dugaan muncul seketika yang dapat membuat seseorang menjadi tidak nyaman.

Ada beberapa tanda yang dapat menjadi tanda jika seseorang tersebut mengalami sebuah culture shock, dan berikut beberapa tanda ataupun ciri yang dapat mengidentifikasi seseorang telah terkena culture shock, antara lain :
·         Perasaan sedih, kesepian, melankolis, merasa frustasi, kemarahan, kecemasan, disorientasi.
·         Menjadi lebih kuatir tentang kesehatan.
·         Menderita rasa sakit di berbagai areal tubuh, muncul berbagai alergi, serta gangguan-gangguan kesehatan lainnya, seperti diare, maag, sakit kepala dll.
·         Adanya perubahan temperamen, rasa depresi, merasa diri lemah dan rapuh, merasa tidak berdaya.
·         Perasaan marah, mudah tersinggung, penyesalan, tidak bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain.
·         Selalu membanding-bandingkan kultur asalnya, mengidolakan kultur asal secara berlebihan.
·         Kehilangan identitas, mempertanyakan kembali identitas diri yang selama ini diyakininya. Misalnya sebelumnya meyakini bahwa dirinya adalah orang yang cerdas, tiba-tiba kini merasa menjadi orang yang paling bodoh, aneh, tidak menarik dll.
·         Mencoba terlalu keras untuk menyerap segala sesuatu yang ada di lingkungan barunya (karena rasa cemas ingin menguasai/memahami lingkungannya) yang justru bisa menimbulkan perasaan kewalahan.
·         Tidak mampu memecahkan masalah sederhana.
·         Kehilangan kepercayaan diri.

Dari beberapa faktor gejala diatas, culuture shock akan membuat komunikasi yang terjadi dalam konteks komunikasi antar budaya menjadi lemah bahkan akan sulit terjadi, interakasi antar individu yang seharusnya dapat terjadi antar kedua belah pihak pun tidak dapat terjadi, sehingga sangat memungkinkan adanya miskomunikasi. Hal tersebut yang membuat seseorang yang terkena culture shock harus mengupayakan pengurangan dari efek timbulnya culture shock.
Ada empat tahapan timbulnya culture shock :
·         Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase, suatu tahapan di mana seseorang akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi negara yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
·         Tahap kedua, the crisis phase, yakni mulai membeda-bedakan negara baru dengan negara asal dan merasa tidak nyaman, seperti dari makanannya, logat yang susah dimengerti, kebiasaan sehari-hari yang yang berbeda.
·         Tahap ketiga, the adjustment phase. Dalam fase ini, seseorang sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.
·         Tahap keempat, bi-cultural phase, yakni tahap dimana seseorang merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi bagus, karena telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya akan culture shock antara lain :
·         Bersikaplah terbuka dan persiapkan diri terhadap hal-hal baru.
·         Jangan terlalu cepat mengkritik, mengeluh dan menghakimi kebiasaan yang berlaku di Negara tujuan, apalagi membandingkannya dengan Negara asal.
·         Kembangkan hobi, karena penting  juga untuk mengusir rasa jenuh dan stress.
·         Tetaplah bersikap rendah hati dan tidak lupa pada budaya sendiri.

  1. Temuan
Apa yang dapat penulis bagikan dalam bagian temuan ini adalah jika sebenarnya culture shock dapat menyerang siapa saja, kapan saja, karena hal itu akan muncul hanya karena adanya beberapa faktor pembeda antara kebudayaan asli dengan kebudayaan baru sehingga seseorang kemudian merasa tidak nyaman untuk tinggal disana. Shock culture akan timbul pada seseorang tidak mesti dengan harus pergi keluar negeri, akan tetapi dengan pindah daerah yang dekat saja, namun memiliki kebiasaan yang berbeda, maka hal tersebutpun akan membuat orang tersebut akan mengalami shock culture pula.
Hubungan antara shock culture dengan komunikasi antar budaya sangat berkaitan dengan erat, karena adanya shock culture tersebut membuat komunikasi yang terjadi tidaklah berjalan baik. Dan hal yang cukup penting pula adalah setiap orang harus berupaya untuk memiliki kesadaran yang lebih terkait dengan hal ini, karena shock culture sering sekali terjadi.

Hal utama yang perlu dimiliki setiap orang adalah kemampuannya untuk menyesuaikan diri ataupun beradaptasi terhadap lingkungan baru. Kemampuan beradaptasi inilah yang membuat cepat tidaknya shock culture tersebut hilang, karena dengan baiknya kemampuan adaptasi maka, kemampuan untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat shock culture pun dapat segera teratasi, sehingga seseorang tersebut bisa berinteraksi dengan lingkungan secara normal. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki kemampuan adaptasi yang buruk maka, shock culture yang terjadi pun akan lebih lama.

Nama               : Asyhari Amri
Makul              : Komunikasi Antar Budaya
Read More

Wednesday, May 21, 2014

Pesan Terhadap Media Penyiaran Indonesia

               Dalam media penyiaran Indonesia terdapat beberapa kategori, yakni media penyiaran publik, media penyiaran swasta, dan media penyiaran komunitas. Masing-masing media mempunyai kriteria dan cirinya sendiri, bahkan setiap media mempunyai regulasi dan aturannya tersendiri.
            Pada dasarnya setiap aturan tentang media penyiaran yang ada saat ini sudah baik, karena didalamnya sudah terkandung berbagai unsur penting yang dibutuhkan dalam mengatur sebuah penyiaran. Namun, yang terjadi saat ini adalah dari pihak media sendiri yang tidak mengindahkan peraturan tersebut dan sering mengabaikannya. Komisi penyiaran indonesia (KPI) selaku pihak yang berwenang mengawasi dan memberikan hukuman, belum terlalu maksimal, itu terbukti dari banyaknya pelanggaran yang masih dilakukan oleh pihak media, ini juga menjadi bukti bahwa mungkin hukuman yang ada kurang maksimal.
            Yang parah dari media penyiaran Indonesia adalah banyaknya dan kuatnya dampak pemilik modal, terhadap berbagai isi dan jenis tayangan yang dihadirkan, yang semuanya tak lepas dari kepentingan si pemilik modal. Jadi media penyiaran Indonesia hendaknya bisa berimbang dan melakukan fungsi pokoknya, yakni hiburan, informasi dan pendidikan.

            Apalah arti sebuah media tanpa penonton, begitupun apalah arti penonton tanpa media, keduanya saling berkaitan erat, jadi cerdaskan keduanya dan semuanya akan menjadi lebih baik.
Read More

KUATNYA DAMPAK MEDIA TERHADAP MASYARAKAT

KUATNYA DAMPAK MEDIA TERHADAP MASYARAKAT

Saat ini sebagian besar acara yang menghiasi layar televisi bersifat negatif dengan menampilkan hal-hal yang kurang layak untuk ditampilkan, contohnya saja progam acara yang hanya menampilkan sisi goyangan dan komedi tidak mendidik seperti YKS (Yuk Keep Smile) dan juga progam campur-campur. Namun, banyaknya penonton yang menyaksikan, menjadi ironi tersendiri, dikala acara yang ditampilkan tidak bermutu, akan tetapi masih banyak sekali yang menyaksikannya.
Dari banyaknya acara yang negatif, menurut penulis masih ada beberapa acara yang positif yang disuguhkan di TV. Lihat saja progam acara yang ada di metro tv, seperti “Kick Andy”, acara ini sangat menginspirasi bagi para penontonnya. Lihat saja berapa banyak orang yang menginspirasi yang diundang dalam talk show yang dibawakan oleh Andy Noya tersebut. Masyarakat juga menerima dengan cukup positif adanya keberadaan acara yang tampil satu minggu sekali itu.
Contohnya saja adik penulis yang bernama Aina Tsalisa yang masih berusia 10 tahun, saat menonton acara kick andy suatu ketika, saat itu tamu yang dihadirkan adalah seorang anak yang kurang mampu dan harus bekerja keras hanya untuk berangkat kesekolah, namun mampu memberikan prestasi yang luar biasa, dari situ Lisa sebutan adik penulis, mendapat seperti suntikan semangat, bahwa orang yang harus berjuang di tengah pedalaman dengan segala keterbatasan, mampu berprestasi dengan cukup cemerlang. Lisa menjadi semakin terpacu untuk berprestasi disekolah, ia pernah berkata, orang yang untuk berangkat sekolah saja harus berjalan jauh dipagi hari demi sebuah ilmu, bisa seperti itu, apalagi dia yang sekolahnya dekat, jalan yang dilalui juga gampang masak bisa kalah sama anak itu.
Dari pengalaman tersebut, penulis menjadi berpikir jika memang peran media sangat kuat dalam mempengaruhi masyarakat. Masih banyak sekali contoh yang dapat ditimbulkan oleh media melalui berbagai macam acara yang disuguhkannya. Misalnya saja pada beberapa saat yang lalu, saat acara smackdown masih sedang booming di kalangan masyarakat, lihat saja seberapa besar dampak yang ditimbulkannya. Bahkan hingga mengakibatkan kematian seorang anak karena mempraktekkan kegiatan smackdown tersebut bersama temannya.
Media juga sangat besar peranannya dalam membentuk opini dalam masyarakat, apalagi dalam kaitannya dengan kehidupan politik saat ini. politik yang cukup ramai dibicarakan oleh sebagian besar masyarakat saat ini adalah politik pencitraan, dimana ada orang yang sering muncul di media dengan berbagai macam cara, hanya untuk sekedar nampil dan bisa dilihat oleh masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat mampu melihat apa saja yang telah ia kerjakan, dan berharap agar masyarakat mampu mencap dirinya tersebut sebagai figur yang baik dan berkualitas. Hal tersebut juga yang cukup menjadi ironi di pertelevisian Indonesia saat ini, yakni ada sebagian TV yang dikuasai oleh orang-orang politik, yang pastinya dalam setiap acaranya menampilkan sosok figur pemilik media itu sendiri dengan durasi dan tampilan yang seolah memang dia sangat baik, kita memang tidak tahu sebenarnya. Namun setidaknya, masyarakat seharusnya dapat mengamati tentang media tersebut, karena dikhawatirkan akan mudah larut begitu saja terhadap pemberitaan media yang punya kepentingan tersebut.
Media dalam kehidupan bernegara merupakan lembaga informasi dan juga lembaga pengawas kebijakan dari pemerintah. Seharusnya dalam setiap kebijakan yang diambil, media ada untuk menganalisa dan juga mengkritisi jika memang kebijakan tersebut kurang pas untuk masyarakatnya, dan mampu memberikan beberapa tawaran solusi kepada pemerintah melalui keluh kesah dari masyaraktnya.

Media penyiaran merupakan lembaga yang seharusnya juga mampu memberikan tayangan edukatif dan tidak hanya semata hiburan saja. Tapi pada kenyataannya memang sudah ada beberapa acara yang memberikan edukasi dalam tayangan tersebut, lihat saja TV Edukasi, apakah penontonnya banyak? Jawabannya jika menurut penulis tidak, hal tersebut berdasarkan survey kecil-kecilan terhadap teman dan orang sekitar penulis, hampir semuanya berkata sama, yakni tidak suka menonton acara yang seperti itu. Mereka beranggapan jika acara semacam itu kurang menarik dan terkesan membosankan, padahal keuntungan dengan menyaksikan acara itu sangat banyak, terutama bagi anak-anak sekolah, karena didalamnya akan diajarkan berbagai macam mata pelajaran yang ada disekolah. Namun, kenyataannya masih sangaat banyak anak-anak yang tidak menyukai tayangan tersebut, dan lebih memilih acara yang hanya bersifat menghibur saja yang banyak menampilkan sisi negatif dari pada positifnya.
Read More

Friday, April 4, 2014

Makalah Bahasa Indonesia tentang Atribut Kampanye

ATRIBUT KAMPANYE PARTAI POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 : ANALISIS SEMIOTIKA

Asyhari amri
NIM : 12210084
Email : asyhari.amri@gmail.com


Abstrak
Masa kampanye pemilu 2014 banyak dipenuhi dengan berbagai macam atribut kampanye partai yang dibuat sedemikian rupa, guna bisa menarik simpati masyarakat agar kelak bisa dipilih. Banyak caleg yang menggunakan berbagai atribut untuk mengkampanyekan dirinya sendiri, menggunakan berbagai macam media kampanye, namun yang menjadi fokus penulis adalah baliho dan spanduk yang dipasang di jalan-jalan. Terlihat dalam spanduk maupun baliho tersebut memajang foto sang caleg yang menggunakan berbagai macam jenis pakaian, seperti jas, peci, baju koko dan semacamnya. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya, yakni ada hubungan apakah antara caleg yang memakai baju tertentu, dengan sikap masyarakat terkait pilihan mereka dalam pemilu 2014.
Hubungan antara pakaian yang dikenakan caleg dalam spanduk dengan pola pikir masyarakat, penulis berpendapat bahwa hal tersebut erat kaitannya, karena masyarakat menilai jika ada seorang caleg yang mengenakan pakaian rapi, dengan jas dan dasi, maka masyarakat akan menilai caleg tersebut adalah orang yang eksekutif maupun orang yang akademis. Sedangkan, jika ada caleg yang mengenakan sarung, maupun baju koko dan peci, maka persepsi yang terbangun dalam masyarakat adalah caleg itu akan terkesan agamis. Dari situlah, pembahasan lebih lanjut akan memaparkan perihal analisis semiotika pada atribut kampanye terhadap persepsi masyarakat.
Kata kunci : atribut kampanye, caleg, analisis semiotika, pemilu 2014.







Latar belakang
Dalam sebuah pemilu, kampanye merupakan hal yang sangat penting bagi para calon legislatif maupun partainya untuk menunjukkan dan mengenalkan profil mereka kepada masyarakat. Seiring perjalannya, kampanye partai politik menggunakan berbagai macam media kampanye, mulai dari media elektronik maupun cetak, media elektronik yang digunakan adalah seperti iklan dalam televisi maupun diradio, sedangkan media cetak biasanya sebuah partai menggunakan hal-hal seperti poster, baliho, spanduk, banner dan sebagainya. Media cetak yang digunakan dalam kampanye juga mempunyai berbagai macam varian yang bisa dimanfaatkan oleh para caleg maupun partai, tapi yang menjadi fokus penulis saat ini adalah penggunaan alat kampanye caleg berupa spanduk maupun baliho yang dipasang dipinggir jalan.
            Dalam spanduk kampanye tersebut, didalamnya tidak hanya sekedar menuliskan dan menjelaskan visi misi dari caleg saja, melainkan sudah pasti memasang foto sang empunya, yakni caleg tersebut. Nah yang penulis ingin mengupasnya adalah tentang foto-foto yang terdapat dalam baliho maupun sapnduk tersebut. Lihat saja, banyak dari para caleg menggunakan berbagai macam jenis pakaian agar bisa merebut simpati masyarakat agar mampu memilihnya dalam pemilu. Memang dalam sebuah foto, penampilan itu merupakan hal yang penting, akan tetapi dalam kenyataannya banyak caleg yang memanfaatkan pakaian untuk menarik minat masyarakat memilih mereka.
            Ada caleg yang memakai baju keagamaan seperti sarung, maupun kopiah yang menjadi ciri khas dari agama islam. Pada hal sebenarnya sebetulnya caleg tersebut tidaklah seagamis yang tergambar dan dijelaskan dalam spanduk tersebut. Hal tersebut jika kita mau kaji menggunakan kajian semiotik, maka sebenarnya hal tersebut merupakan upaya dari para caleg untuk menunjukkan tanda-tanda keagamaan dari mereka, melalui foto yang dipajang dalam spanduk tersebut, agar masyarakat mempunyai persepsi jika memang caleg tersebut adalah orang yang akademis. Hal ini bisa juga disebut dengan caleg yang berjualan pakaian, bukan hanya sekedar memaparkan visi misi yang benar-benar bagus agar masyarkat mampu tertarik pada mereka, namun juga paraa caleg memanfaatkan tanda-tanda khusus yang bisa menarik masyarakat.
            Simbol-simbol keagamaan yang mereka bawa, sesungguhnya hal yang cukup efektif, terlebih lagi jika foto tersebut diletakkan kedalam daerah yang benar-benar tradisi agamanya masih cukup kuat, seperti di pedesaan maupun daerah sekitar pondok pesantren dan sebagainya. Masyarakat menganggap jika orang yang ada dalam foto tersebut, yang mengenakan baju muslim, kopiah, dan sarung, secara tidak sadar masyarakat akan langsung berpikir jika orang tersebut adalah seorang yang agamis, maupun seorang santri ataupun kyai. Dengan menjual simbol keagamaan tersebut, sebenarnya berupaya untuk menguatkan persepsi masyarakat terhadap caleg tersebut. Masyarakat yang masih percaya dan peduli akan keagamaan akan berpikir jika orang yang ada dalam foto tersebut adalah seorang santri atau kyai, maka mereka akan memilihnya dengan harapan tidak akan korupsi dan akan bertindak sebaik mungkin karena mereka dianggap paham dengan agama.


Rumusan masalah

  1. Bagaimana hubungan antara atribut kampanye partai politik dengan kesuksesan dalam pemilu legislatif 2014?
Read More