Sunday, June 15, 2014

Video Dokumenter KPI C 2012

Komunikasi penyiaran islam atau kpi, adalah sebuah jurusan yang terdengar biasa saja, namun semua berubah menjadi luar biasa, saat kita menyebutnya kpi c 2012, ya kpi c 2012.

Lebih jauh tentang kpi c, mereka bukanlah sekedar teman atupun sahabat, mereka adalah keluarga, yang dipersatukan oleh nomor nim, atau apalah sebabnya, tapi mereka menikmatinya.

Makrab season 2 adalah hal yang istimewa, berbeda dari makrab sebelumnya, makrab yang kedua ini lebih banyak menyimpan hal yang menyenangkan, seperti berbagai permainan, makan bersama, beribadah bersama, bahkan menegangkan, uji nyali, jerit malam, tersesat, dan terbakar/ oh bukan, tapi bakar-bakaran.

Pokoknya banyak suka dan duka selama makrab tersebut berlangsung, tapi yang pasti sih banyak sukanya.... Paling dukanya cuma saat malem harus ke kamar mandi karena disana gelap

MONGGO GAN, LANGSUNG CHEKIDOT .... :D




Makrab season 2 kpi c adalah hal yang luar biasa dan semua pasti berharap kebersamaan dan keakraban mereka tak akan berhenti disini saja, kpi c adalah keluarga dan keluarga akan selalu menghargai dan mengasihi. See you next makrab guys....

0 komentar:

Thursday, June 12, 2014

Film Dokumenter "Tembakau Bikin Galau" By @ArikArjuna



LATAR BELAKANG

Rokok merupakan tembakau yang dibalut kertas berbentuk silinder dan terisi berbagai jenis daun berukuran antara 70 mm hingga 120 mm dengan diameter  10 mm dan  cara penggunaannya sendiri adalah dengan cara dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam saku atau kantong. Seperti yang kita ketahui rokok sangat disukai masyarakat kita, karena hal inilah di Indonesia rokok sangat mudah dijumpai di berbagai tempat dan diperjual belikan secara bebas kepada semua tingkatan usia.
Walaupun bahaya rokok sangat mengancam bagi kehidupan orang akan tetapi rokok seakan menjadi primadona bagi semua kalangan. Mulai dari pria, wanita, tua, muda atau bahkan hingga kalangan anak-anak mulai menggemari rokok. Kebanyakan orang menganggap bahwa rokok hanyalah benda yang dihisap dan merupakan sesuatu yang tidak memiliki keuntungan karena hanya menghisap asap, akan tetapi hal tersebut dipandang berbeda oleh perokok aktif. Bagi mereka rokok merupakan sesuatu hal yang setara dengan hiburan maupun pelepas stress, “lebih baik ngak makan daripada ngak merokok” inilah ungkapan mereka yang memang sudah kecanduan rokok. Padahal sudah tertera dengan jelas pada bungkus-bungkus rokok tertera pesan akan bahayanya merokok, tetapi pesan tersebut tampaknya hanya menjadi hiasan pada bungkus rokok tersebut, mengingat semakin hari jumlah perokok semakin meningkat. Mereka tak menghiraukan himbauan pada bungkus rokok serta iklan layanan masyarakat ketika dikatakan bahwa rokok itu membunuhmu.

Mengingat akan fenomena rokok yang semakin tak terkendali pada masyarakat kita ini, maka dari itu kami segenap insan muda yang peduli akan nasib bangsa, mencoba untuk memberikan pencerahan kepada keluarga kita yang sedang terlena oleh kenikmatan semu tembakau.

By : Asyhari Amri

0 komentar:

Wednesday, June 4, 2014

SHOCK CULTURE DALAM KEHIDUPAN


TUGAS UAS
SHOCK CULTURE DALAM KEHIDUPAN

  1. MASALAH
Dalam menjalani kehidupan, seseorang yang tinggal dalam suatu daerah, maka dia akan mempunyai kebudayaan ataupun kebiasaan daerah tersebut, sehingga merasa nyaman untuk tinggal disana. Akan tetapi kenyamanan itu akan lenyap sejalan dengan seumpama orang tersebut pindah ke daerah yang baru, dengan budaya, adat istiadat yang amat berbeda dengan tempat asalnya. Contohnya adalah orang indonesia yang menuntut ilmu (kuliah) di luar negeri, semisal negara jepang. Hidup di Indonesia dengan berbagai kebiasaan dan adat istiadatnya yang sudah menjadi bagian hidupnya seperti waktu yang sering telat, kebiasaan makan yang berbeda, logat berbicara khas indonesia seperti itu, tiba-tiba harus pergi ke negara yang memiliki kebudayaan sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan membuat mahasiswa tersebut mengalami masa, dimana ia merasa tidak nyaman dan kaget dengan keadaan sekitar, atau yang biasa disebut dengan “culture shock atau shock culture”.

             Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut “gegar budaya”, adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Istilah culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang sosiolog bernama Kalervo Oberg di akhir tahun 1960.  Ia mendefinisikan culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian, adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial baru.
  1. Analisis
Dari sekelumit pengertian tentang permasalahan culture shock, maka hal yang patut diketahui adalah apa saja faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Dalam proses terjadinya culture shock, ada beberapa hal menjadi penyebabnya, karena tidak mungkin peristiwa psikologis tersebut hadir tanpa ada suatu penyebab. Seseorang yang datang kesebuah daerah yang benar-benar baru, dan belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar pasti akan merasa tidak nyaman, seolah terasing dari dunia sekitar. Dari situ maka dibutuhkan beberapa acuan yang dapat digunakan untuk mengurangi aaupun mencoba menghilangkan culture shock tersebut.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya culture shock adalah, sebagai berikut :
·         Rasa cemas karena tidak dapat berbicara dalam bahasa asing (bahasa baru yang belum sepenuhnya di pahami. Hal ini dapat terjadi ketika seorang mahasiswa indonesia yang pergi ke amerika, maka orang tersebut akan menemukan banyak sekali bahasa-bahasa “slengekan” maupun bahasa khas amerika yang tidak diketahui sebelumnya, dan bahkan belum dipelajari sebelumnya. Dari situlah perasaan gusar akibat culture shock akan muncul.
·         Belum mengetahui adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku. Contohnya ketika orang Indonesia melanjutkan study di Paris Perancis, mereka akan sangat merasa kurang nyaman melihat perilaku-perilaku mesra para lesbi dan gay yang ditunjukan secara vulgar di sekitarnya. Perasaan kaget yang timbul terhadap pasangan homogen tersebut di karenakan di Indonesia sendiri, komunitas tersebut lebih tertutup dan mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan dan dipandang sebelah mata oleh banyak pihak di Indonesia. Sementara di Paris dan beberapa negara liberal, komunitas mereka adalah bebas. Berciuman dan bermesraan di depan umum pun tidak dianggap suatu perbuatan memalukan. Nah, dari situ maka akan muncul perasaan yang membuat kenyamananan berkurang bahkan merasa ingin pulang kedaerah asal.
·         Belum mengerti perilaku masyarakat, hampir sama seperti poin sebelumnya, jika belum mengenal sejauh mana perilaku masyarakat negara asing yang sangat berbeda dengan negara sendiri maka hal itu juga akan membuat seseorang akan mengalami culture shock akibat perbedaan perilaku masyarakatnya, karena tidak sesuai dengan kebiasaannya.
·         Menemukan hal-hal baru yang tidak sesuai dugaannya, maksudnya adalah saat berkunjung kesebuah tempat yang baru, maka setidaknya seseorang mempunyai gambaran umum tentang daerah tersebut, akan tetapi jika sudah terlanjur pergi kesana, biasanya banyak hal-hal yang tidak sesuai dugaan muncul seketika yang dapat membuat seseorang menjadi tidak nyaman.

Ada beberapa tanda yang dapat menjadi tanda jika seseorang tersebut mengalami sebuah culture shock, dan berikut beberapa tanda ataupun ciri yang dapat mengidentifikasi seseorang telah terkena culture shock, antara lain :
·         Perasaan sedih, kesepian, melankolis, merasa frustasi, kemarahan, kecemasan, disorientasi.
·         Menjadi lebih kuatir tentang kesehatan.
·         Menderita rasa sakit di berbagai areal tubuh, muncul berbagai alergi, serta gangguan-gangguan kesehatan lainnya, seperti diare, maag, sakit kepala dll.
·         Adanya perubahan temperamen, rasa depresi, merasa diri lemah dan rapuh, merasa tidak berdaya.
·         Perasaan marah, mudah tersinggung, penyesalan, tidak bersedia untuk berinteraksi dengan orang lain.
·         Selalu membanding-bandingkan kultur asalnya, mengidolakan kultur asal secara berlebihan.
·         Kehilangan identitas, mempertanyakan kembali identitas diri yang selama ini diyakininya. Misalnya sebelumnya meyakini bahwa dirinya adalah orang yang cerdas, tiba-tiba kini merasa menjadi orang yang paling bodoh, aneh, tidak menarik dll.
·         Mencoba terlalu keras untuk menyerap segala sesuatu yang ada di lingkungan barunya (karena rasa cemas ingin menguasai/memahami lingkungannya) yang justru bisa menimbulkan perasaan kewalahan.
·         Tidak mampu memecahkan masalah sederhana.
·         Kehilangan kepercayaan diri.

Dari beberapa faktor gejala diatas, culuture shock akan membuat komunikasi yang terjadi dalam konteks komunikasi antar budaya menjadi lemah bahkan akan sulit terjadi, interakasi antar individu yang seharusnya dapat terjadi antar kedua belah pihak pun tidak dapat terjadi, sehingga sangat memungkinkan adanya miskomunikasi. Hal tersebut yang membuat seseorang yang terkena culture shock harus mengupayakan pengurangan dari efek timbulnya culture shock.
Ada empat tahapan timbulnya culture shock :
·         Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase, suatu tahapan di mana seseorang akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi negara yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
·         Tahap kedua, the crisis phase, yakni mulai membeda-bedakan negara baru dengan negara asal dan merasa tidak nyaman, seperti dari makanannya, logat yang susah dimengerti, kebiasaan sehari-hari yang yang berbeda.
·         Tahap ketiga, the adjustment phase. Dalam fase ini, seseorang sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.
·         Tahap keempat, bi-cultural phase, yakni tahap dimana seseorang merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi bagus, karena telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya akan culture shock antara lain :
·         Bersikaplah terbuka dan persiapkan diri terhadap hal-hal baru.
·         Jangan terlalu cepat mengkritik, mengeluh dan menghakimi kebiasaan yang berlaku di Negara tujuan, apalagi membandingkannya dengan Negara asal.
·         Kembangkan hobi, karena penting  juga untuk mengusir rasa jenuh dan stress.
·         Tetaplah bersikap rendah hati dan tidak lupa pada budaya sendiri.

  1. Temuan
Apa yang dapat penulis bagikan dalam bagian temuan ini adalah jika sebenarnya culture shock dapat menyerang siapa saja, kapan saja, karena hal itu akan muncul hanya karena adanya beberapa faktor pembeda antara kebudayaan asli dengan kebudayaan baru sehingga seseorang kemudian merasa tidak nyaman untuk tinggal disana. Shock culture akan timbul pada seseorang tidak mesti dengan harus pergi keluar negeri, akan tetapi dengan pindah daerah yang dekat saja, namun memiliki kebiasaan yang berbeda, maka hal tersebutpun akan membuat orang tersebut akan mengalami shock culture pula.
Hubungan antara shock culture dengan komunikasi antar budaya sangat berkaitan dengan erat, karena adanya shock culture tersebut membuat komunikasi yang terjadi tidaklah berjalan baik. Dan hal yang cukup penting pula adalah setiap orang harus berupaya untuk memiliki kesadaran yang lebih terkait dengan hal ini, karena shock culture sering sekali terjadi.

Hal utama yang perlu dimiliki setiap orang adalah kemampuannya untuk menyesuaikan diri ataupun beradaptasi terhadap lingkungan baru. Kemampuan beradaptasi inilah yang membuat cepat tidaknya shock culture tersebut hilang, karena dengan baiknya kemampuan adaptasi maka, kemampuan untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat shock culture pun dapat segera teratasi, sehingga seseorang tersebut bisa berinteraksi dengan lingkungan secara normal. Begitupun sebaliknya, jika seseorang memiliki kemampuan adaptasi yang buruk maka, shock culture yang terjadi pun akan lebih lama.

Nama               : Asyhari Amri
Makul              : Komunikasi Antar Budaya

0 komentar: