Dalam makalah penulis akan
mengangkat tema tentang kebudayaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, kita
tahu jika banyak sekali pendatang dari luar daerah Yogyakarta yang datang ke Yogyakarta
dengan berbagai alasan, mulai dari yang menuntut ilmu di berbagai Perguruan Tinggi
yang ada, hingga hanya singgah menikmati indahnya alam Yogyakarta untuk
berwisata. Namun yang menjadi permasalahan adalah jika banyak dari mereka yang
kurang mengetahui sepenuhnya apa saja kebudayaan dan kesenian yang ada di
Yogyakarta ini.
Dari situ penulis berusaha untuk memberikan informasi lebih tentang
berbagai macam kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Budaya yang ada dibagi
menjadi dua yakni budaya yang berupa fisik ataupun budaya yang bersifat non
fisik. Budaya berbentuk fisik maksudnya adalah budaya yang berupa wujud fisik
berupa bangunan dsb, seperti benda-benda cagar budaya yang ada, sedangkan jika
yang non fisik adalah kebudayaan dalam hal non fisik seperti gagasan, sistem
nilai atau norma, karya seni, sistem sosial ataupun perilaku sosial yang ada di
masyarakat.
Kebudayaan fisik yang ada meliputi
berbagai candi-candi yakni candi Ijo, candi Prambanan, candi Banyunibo dll.
Selain itu juga ada kerajinan-kerajinan khas kerajinan-kerajinan khas
Yogyakarta seperti batik, kerajinan perak. Namun Yogyakarta tak hanya berhenti
sampai disitu saja, banyak sekali kebudayaan berupa perayaan atau upacara yang
dilaksanakan oleh Keraton yang merupakan pusat dari segala kebudayaan di
Yogyakarta, acara-acara tersebut meliputi :
A. Upacara
Inisiasi
Ø
Parasan
Yakni upacara potong rambut yang pertama kali bagi seorang putera Sultan
Ø
Tedhak Siten
Yakni upacara menginjak tanah yang
pertama kali untuk putera Sultan saat berusia 7-9 bulan bila sang anak sudah
mulai berdiri
Ø
Supitan
Yakni upacara sunatan (khitanan)
Ø
Tetesan
Yakni upacara sunatan bagi perempuan
Ø
Tarapan
Yakni upacara yang diadakan saat puteri menstruasi pertama.
Ø
Perkawinan
Dalam acara ini ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan yaitu : Upacara
Nyanti, Upacara Siraman, Upacara Midadareni, Upacara Akad Nikah, Upacara
Panggih, Upacara Kirab.
B. Siraman
Pusaka
C. Ngabekten
D. Sekaten
E. Labuhan
Selain dari beberapa kegiatan budaya tersebut, penulis berpikir jika
kegiatan yang ada diatas masih cukup lestari dan masih dijaga kelangsungannya
oleh berbagai pihak mulai dari rakyat biasa hingga oleh kalangan keraton. Semua
itu terbukti dari masih dilaksanakannya berbagai acara dan kegiatan tersebut
secara rutin. Bahkan kegiatan tersebut tidak hanya diketahui oleh kalangan
masyarakat lokal, tapi wisatawan asing pun banyak yang mengetahui kegiatan
tersebut dan banyak yang tertarik untuk menyaksikannya.
Akan tetapi bagaimanapun masih ada beberapa hal dari Yogyakarta yang
terasa sedikit terpinggirkan. Ada beberapa cagar budaya yang sesungguhnya
menyimpan banyak sejarah tentang Yogyakarta namun masih kurang mendapat banyak
perhatian dan kepedulian dari masyarakat. Salah satunya adalah Candi Ijo, candi
yang terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke-10 hingga ke-11 ini memang
belum terlalu terekspos oleh banyak masyarakat. Kebanyakan masyarakat lebih
memilih hanya untuk pergi berwisata ke candi yang lebih terkenal seperti candi
Prambanan, candi ratu boko maupun candi Borobudur. Akan tetapi sesungguhnya
candi Ijo ini tak kalah menarik dibandingkan candi-candi yang lainnya, tidak
hanya keindahan candinya saja yang ditawarkan, melainkan pemandangan yang
disuguhkanpun sangat memuaskan mata para pengunjung, terutama saat matahari
terbenam kala sore hari yang konon katanya merupakan salah satu tempat terbaik
untuk menyaksikan matahari terbit di Yogyakarta.
Maka dari itu Yogyakarta dengan segala
potensi yang ada membuat penulis ingin berusaha untuk menjaga kebudayaan yang
ada tersebut dengan cara membuat film dokumenter. Dengan membuat sebuah video
penulis berharap mampu untuk menjaga dan melestarikan salah satu cagar budaya
yang ada di Yogyakarta ini. Fokus yang dilakukan oleh penulis ini adalah
tentang keberadaan Candi Ijo yang menurut penulis masih kurang mendapat
perhatian lebih oleh masyarakat luas. Penulis berpikir dengan adanya film
dokumenter tersebut selain untuk media promosi juga untuk merekam keindahan
yang akan membuat banyak orang takjub dan kagum.
Konsep dari pembuatan video ini
adalah video feature yang mempertontonkan keindahan dan betapa menakjubkannya
candi ini. Dimana tidak hanya fokus pada gambar candinya saja namun juga akan
ada beberapa ahli dari berbagai kalangan yang akan angkat bicara tentang candi
tersebut. Mulai dari ahli sejarah, ahli arkeologi maupun tokoh masyarakat yang
ada disekitar tempat itu.
Dalam video ini juga akan disisipkan
berbagai kebudayaan lain sebagai selingan (insert),
dan juga bahasa yang digunakan tentu saja adalah bahasa Indonesia ketika orang
yang memberikan kesan maupun komentarnya adalah orang umum yang tidak bisa
berbahasa jawa, bahasa Asing ketika orang yang angkat bicara merupakan
wisatawan luar negeri dan tentu saja bahasa Jawa ketika orang yang memberikan
komentar merupakan orang Yogyakarta maupun orang yang mampu berbahasa jawa.
Dari sini akan membuat video yang ada terasa lebih berwarna dan beragam, dimana
rasa khas kebudayaannya masih akan tetap terasa ada.
|
Candi Ijo By Arik Asyhari |
Kesimpulannya adalah dengan adanya
video feature penulis berharap mampu mendongkrak kepopuleran candi Ijo,
sehingga semakin banyak orang yang mengetahui dan tertarik untuk
mengunjunginya. Tidak hanya itu saja, video tersebut juga bisa menjadi sebuah
karya yang bisa didedikasikan sebagai rekaman untuk menyimpan keindahan Candi
Ijo ini.
Oleh : Asyhari Amri
4 komentar: