Makalah Teori Persuasif
KATA
PENGANTAR
Segala
puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu.
Berikut
ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul " Teori Persuasi
", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar dalam
pembelajaran mata kuliah Komunikasi Massa.
Melalui
kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang
tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Yogyakarta, 11 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ......................................................................................................... ii
Daftar
Isi ................................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar
Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan............................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
BAB
III PENUTUP ................................................................................................. 16
A. Kesimpulan
................................................................................................... 16
B. Saran
............................................................................................................. 16
Daftar
Pustaka........................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi sangat dekat dengan kehidupan. Setiap manusia yang hidup pasti
kerkomunikasi, terlebih lagi manusa adalah mahklik sosial yang tidak dapat
hidup sendiri. “Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa kita berkomunikasi
terutama untuk : menyatakan dan mendukung identitas diri; membangun kontak
sosial dengan orang sekitar kita; mempengaruhi orang lain untuk merasa berfikir
atau berperilaku seperti yang kita inginkan”[1]
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok
pembahasan atau rumusana dalam makalah ini
C.
Tujuan
Adapun Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Manusia
dan komunikasi merupakan satu kesatuan. Komunikasi melekat pada diri manusia,
sehingga we can not communicate. Keberadaan komunikasi, karena begitu
melekatnya pada diri manusia sering tanpa disadari. Manusia cenderung
beranggapan bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Akibatnya, masalah-masalah
yang muncul yang berkaitan dengan komunikasi, seringkali diselesaikan
sendiri.Dalam mempelajari komunikasi persuasif, memahami aspek filosofis
komunikasi persuasif, sangat ditekankan. Hal ini mengingat bahwa komunikasi
persuasif, sebagaimana halnya ilmu-ilmu yang lain, memiliki tiga aspek
filosofis keilmuan, yaitu aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek
aksiologi.
Dengan
memahami ketiga aspek filosofi ilmu tersebut, Anda dapat membedakan berbagai
ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam khasanah kehidupan manusia. Hal yang
terpenting adalah Anda akan mengenali ciri-ciri dari Ilmu Komunikasi Persuasif,
serta dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk kesejahteraan umat manusia.
Aspek
ontologi, menyangkut pertanyaan apa yang dikaji oleh suatu ilmu, aspek
epistemologi berkaitan dengan pertanyaan cara-cara memperoleh ilmu tersebut,
dan aspek aksiologi berkenaan dengan pertanyaan penggunaan dari ilmu tersebut.
Dalam
melakukan komunikasi persuasif, kita harus memahami kriteria tanggung jawab persuasi,
sebagaimana yang dikemukakan Larson, yaitu adanya kesempatan yang sama untuk
saling mempengaruhi, memberi tahu audiens tentang tujuan persuasi, dan
mempertimbangkan kehadiran audiens”.
Konsep-konsep Dasar
Komunikasi Persuasif
Komunikasi
ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan,
gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan,
suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi,
antarpersona, dialogis, dan lain-lain.
Istilah
komunikasi berasal dari perkataan Latin communicare, yang berarti
berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama.
Dalam
definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun pengungkapannya
beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas fenomena komunikasi. Kesamaan
tersebut nampak dalam isi yang tercakup di dalamnya, yaitu adanya komunikator,
komunikan, pesan, media/saluran, umpan balik, efek, dampak serta adanya tujuan
dan terbentuknya pengertian bersama.
Untuk memahami
komunikasi, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif umum dan
perspektif paradigmatik. Perspektif secara umum dapat dilihat dari dua segi,
yaitu pengertian secara etimologis, dan pengertian secara terminologis.
Istilah
persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio, yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu. Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara
emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat
dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang
dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang
berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek
simpati dan empati seseorang dapat digugah.
Dari
beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa
persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komponen-komponen
dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan
perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal
maupun nonverbal.
Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan,
memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang
tepat. Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan,
saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan
yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis. Tiga
fungsi utama komunikasi persuasif adalah control function, consumer protection
function, dan knowledge function.
Model Proses Komunikasi
Persuasif
Untuk
mempermudah dalam mempelajari dan menganalisis komunikasi persuasif, seperti
halnya juga ilmu-ilmu yang lain, seringkali digunakan berbagai model. Model
adalah gambaran atau persamaan aspek-aspek tertentu dari peristiwa-peristiwa,
struktur-struktur atau sistem-sistem yang kompleks, yang dibuat dengan
menggunakan simbol-simbol atau objek-objek dengan berbagai cara sehingga
menyerupai sesuatu yang dibuat modelnya tersebut.
Model
berfungsi untuk menyederhanakan realitas sosial dan alam yang kompleks. Selain
itu, ia juga, berfungsi sebagai alat pelajaran dan pengingat yang efektif,
membentuk hubungan yang baru, membantu dalam menelaah berbagai persoalan yang
kita hadapi, menemukan sesuatu dengan cara-cara yang baru, alat kerangka
berpikir dalam penelitian, menolong dalam mengantisipasi berbagai kesulitan dan
masalah pekerjaan, serta berbagai urusan yang kita hadapi.
Komunikasi
persuasif adalah suatu proses, yakni proses mempengaruhi sikap, pendapat dan
perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Proses itu sendiri
adalah setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang
terus-menerus dalam konteks waktu, setiap pelaksanaan atau perlakuan secara
terus-menerus. Ada dua persoalan yang berkaitan dengan penggunaan proses, yakni
persoalan dinamika, objek, dan persoalan penggunaan bahasa.
Applebaum
dan Anatol membuat model-model komunikasi persuasif, yang di dalamnya
melukiskan mekanisme persuasi antara dua orang yang sedang terlibat komunikasi.
Simons, secara terperinci menguraikan model-model komunikasi persuasif.
Model-model tersebut meliputi model sederhana komunikasi persuasif dan model
kompleks komunikasi persuasif. Model kompleks terdiri atas Model Dua Penerima
atau Lebih, Model Dua Pesan atau Lebih, Model Dua Sumber atau Lebih, Model
Pengaruh Timbal Balik, Model Pengaruh Timbal Balik melalui Saluran Delegatif,
dan Model Penggunaan Medium Tidak Langsung.
Unsur-unsur dalam
Komunikasi Persuasif
Menurut
Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang
yang berbicara, materi pembicaraan yang dihasilkannya, dan orang yang
mendengarkannya. Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang
merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang
ketiga disebut komunikan atau persuadee, yang merupakan penerima komunikasi.
Persuader
adalah orang dan atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan
untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain baik secara verbal
maupun nonverbal. Dalam komunikasi persuasif, eksistensi persuader benar-benar
diper-taruhkan. Oleh karena itu, ia harus memiliki ethos yang tinggi. Ethos
adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dan aspek kognisi, afeksi,
dan konasi.
Seorang
persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan,
ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramah-an, dan kesederhanaan. Jika
komunikasi persuasif ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap
reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif.
Persuadee
adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu
disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal. Variabel
kepribadian dan ego yang rumit merupakan dua kelompok konsep yang berpengaruh
terhadap penerimaan persuadee terhadap komunikasi, termasuk juga faktor
persepsi dan pengalaman.
Pesan
adalah segala sesuatu yang memberikan pengertian kepada penerima. Pesan bisa
berbentuk verbal dan nonverbal. Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang
disengaja dan tak disengaja. Pesan nonverbal juga terdiri atas pesan nonverbal
disengaja dan tak disengaja.
Saluran
merupakan perantara, di antara orang-orang yang berkomunikasi. Bentuk saluran
tergantung pada jenis komunikasi yang dilakukan.
Umpan
balik adalah balasan atas perilaku yang diperbuat, umpan balik bisa berbentuk
internal dan eksternal. Umpan balik internal adalah reaksi persuader atas pesan
yang disampaikannya. Umpan balik eksternal adalah reaksi penerima (persuadee)
atas pesan yang disampaikannya. Umpan balik eksternal bisa bersifat langsung,
dapat pula tidak langsung.
Efek
komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader sebagai
akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi, efek yang bisa terjadi
berbentuk perubahan sikap pendapat dan tingkah laku.
Lingkungan
komunikasi persuasif adalah konteks situasional di mana proses komunikasi
persuasif ini terjadi. Hal itu bisa berupa konteks historis, konteks fisik
temporal, kejadian-kejadian kontemporer, impending events dan norma-norma
sosiokultural.
Konsep Dasar Sikap
Sikap
adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi, dan nilai, mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif
menetap, mengandung aspek evaluatif, dan sikap timbul dari hasil pengalaman.
Karakteristik
sikap adalah memiliki objek, memiliki arah, derajat, dan intensitas, dapat
dipelajari, dan bersifat stabil serta tahan lama.
Ada
tiga komponen sikap, yakni komponen kognitif, afektif, dan konatif atau
psikomotor. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan tentang objek, ide
dan konsep. Komponen afektif berkaitan dengan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang untuk
berperilaku.
Manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu
sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, yakni pengaruh faal, kepribadian, dan
faktor eksternal. Pengaruh faal berkaitan dengan aspek biologis seseorang,
sedangkan faktor kepribadian menyangkut perpaduan antara mental dan neural.
Pengaruh eksternal berkaitan dengan faktor lingkungan, baik berupa situasi,
pengalaman maupun hambatan untuk terbentuknya sikap.
Sikap
merupakan aspek yang sangat strategis dalam kajian persuasi. Konsep sikap
sangat bermanfaat bagi persuader dalam memprediksi sikap persuadee sehingga ia
dapat melakukan komunikasinya secara efektif.
Pendekatan Teori
Belajar dalam Komunikasi Persuasif
Classical
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan
respon terhadap suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respon
tersebut.
Unsur-unsur
Classical Conditioning meliputi Unconditional stimulus, unconditional respons,
dan conditioned stimulus. Konsep tersebut berkaitan dengan tahap-tahap
penelitian Pavlov, yang terdiri dari tahap latihan, terbentuknya pelaziman,
reinforce, dan spontaneous recovery.
Operant
Conditioning adalah penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku individu.
Throndike
merumuskan konsep belajar, dengan prinsip utamanya yang terkenal law of effect.
Skinner mengembangkan law of effect dari Thorndike dengan menambahkan unsur
reinforcement atau penguatan.
Ada
lima konsep yang berkaitan dengan jadwal penguatan dan pengaruhnya terhadap
taraf respon dan taraf penghapusan, yakni penguatan kontinu, penguatan
rasio-tetap, penguatan selang-tetap, penguatan rasio-berubah, dan penguatan
selang-berubah.
Skinner
membedakan tingkah laku menjadi dua jenis, yakni tingkah laku responden dan
tingkah laku operant.
McGuire
mengembangkan teori inokulasi (theory of inoculation) dengan menganalogikan
proses penggunaan imunisasi untuk jenis penyakit tertentu.
Melalui
pendekatan inokulasi, seseorang akan menolak persuasi dengan cara
mempertahankan posisinya, sehingga ia menjadi tidak peka terhadap pesan-pesan
persuasi yang datang dari orang lain. Persuasi dapat dipandang sebagai suatu
cara belajar. Manusia dapat belajar tentang fenomena-fenomena yang ada di
hadapannya. Manusia dapat mengubah respon yang berkaitan dengan sikapnya.
Belajar persuasi merupakan suatu gabungan produk pesan yang diterima individu
dan mengantarai berbagai kekuatan di dalam individu yang bertindak berdasarkan
pesan-pesan tersebut agar menghasilkan pesan-pesan persuasif.
Prinsip-prinsip
Kredibilitas
Kredibilitas
adalah persepsi persuadee tentang diri persuader yang berkaitan dengan tingkat
keahlian, dapat dipercaya, kompetensi, dinamisme, sosiabilitas, dan karismatik.
Secara garis besar, komponen kredibilitas terdiri atas keahlian dan dapat
dipercaya. Namun demikian ada beberapa komponen lain yang masih terkait, yakni
rasa aman, kualifikasi, dinamisme, dan sosiabilitas.
Keahlian
merupakan kesan yang dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif
berkaitan dengan topik yang dibicarakan. Dapat dipercaya adalah kesan yang
dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif berkaitan dengan
wataknya, seperti kejujuran, ketulusan, kebermoralan, bersifat adil, bersikap
sopan, berperilaku etis, atau sebaliknya.
Untuk
memprediksi penilaian persuadee terhadap tingkat dapat dipercaya si persuader,
dapat dilakukan dengan analisis atribusional, yakni penilaian yang didasarkan
pada pertalian dengan alasan pernyataan persuader. Dalam analisis atribusional
terdapat tiga pertalian, yakni, apa yang dikemukakan merefleksikan kebenaran,
bias pengetahuan, dan bias pernyataan.
Kredibilitas
sumber komunikasi persuasif dapat diukur dengan mengembangkan konstruk semantic
differential (perbedaan semantik). Sifat bipolar dalam semantic differential
mencakup tiga sifat, yakni evaluasi, potensi, dan kegiatan.
Pengaruh
kredibilitas sumber pada penerima, dalam jangka waktu yang lama akan memudar.
Keadaan demikian disebut dengan sleeper effect. Saluran komunikasi yang
dirancang dengan baik dan disajikan dengan tepat, ternyata dapat meningkatkan
kredibilitas sumber.
Faktor-faktor
vokalik, seperti nilai pembicaraan, variasi titinada, kualitas vokal, dan
artikulasi dapat berpengaruh terhadap kredibilitas sumber. Hal ini akan dilihat
dari nonfluencies yang terdiri atas vocalized pause, repetition, sentence
corrections, stuttering, dan slip-tongue correction. Self reference dan
prestige reference merupakan dua aspek yang berkaitan dengan artistic proof.
Kedua aspek tersebut sangat penting untuk meningkatkan kredibilitas.
Faktor-faktor Pesan
dalam Komunikasi Persuasif
Menurut
Blake dan Haroldsen (1979) pesan merupakan simbol yang diarahkan secara
selektif yang diperuntukkan dalam mengkomuni-kasikan informasi. Dalam proses
komunikasi, pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dapat pula nonverbal.
Dapat disengaja (intentional), dapat pula tak disengaja (unintentional). Pesan
verbal merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan
komunikasi persuasif. Di dalamnya terdapat aspek rangsangan wicara dan
penggunaan kata-kata.
Tidak
setiap rangsangan wicara dapat diterima langsung oleh sasaran, paling tidak hal
ini tergantung pada sistem penginderaan, persepsi, perhatian, memori, dan
berpikir.
Pesan
nonverbal terdiri atas body notion or kinesics behavior, paralanguage,
proxemics, olfaction, skin sensitivity to touch and temperatur, dan use the
artifacts. Suatu pesan dikatakan efektif bila makna pesan yang dikirim
persuader berkaitan erat dengan makna pesan yang diterima atau ditangkap serta
dipahami oleh sasaran.
Bahasa dan Makna dalam
Komunikasi Persuasif
Pesan
merupakan hasil dari usaha manusia di dalam menyandikan gagasan-gagasannya.
Arti atau makna tidak ada di dalam pesan. Arti bukanlah sesuatu yang
didapatkan. Arti ada di dalam diri orang, dan merupakan respon yang tidak
tampak. Kita memperoleh “arti” dari dunia pada awalnya berdasarkan proses
“pembiasaan” atau conditioning. Kita memperoleh “arti” dari pengalaman kita.
Tiga
prinsip hipotesis berperantara (mediation hypotesis) mengemukakan bahwa kita
cenderung memisahkan (a) respon yang tidak menuntut banyak usaha atau tenaga,
(b) respon yang tidak menghambat respon yang kita buat untuk stimulus distal
pada permulaannya, dan (c) respon yang dapat membedakan stimulus tersebut dari
stimulus lainnya. Arti denotatif menyatakan suatu hubungan, yang memerlukan
hadirnya baik tanda kata maupun bendanya. Jadi arti denotatif dapat ditunjukkan
dengan mengacu pada objek yang dimaksudkan. Kawasan arti denotatif adalah
realitas fisik.
Arti
struktural dapat diperoleh ketika suatu tanda (simbol) kata membantu kita untuk
meramalkan tanda-tanda lain atau bilamana urutan dari dua tanda kata
menceritakan sesuatu mengenai hubungannya yang tidak diperoleh dari
masing-masing kata itu sendiri. Arti struktural adalah suatu hubungan antara
tanda dengan tanda. Adapun arti kontekstual bersifat “cangkokan” dan melalui
arti ini kita akan memperoleh kejelasan tentang istilah-istilah tertentu yang
sebenarnya belum kita ketahui artinya. Sementara itu, arti konotatif merupakan
hubungan antara suatu tanda dengan suatu objek. Hal itu melibatkan lebih dari
sekadar pelibatan orang-orang pada arti yang lain.
Hipotesis
Sapir-Whorf mengatakan bahwa dunia ini dipersepsi secara berbeda oleh para
anggota komunitas linguistik yang berlainan dan persepsi ini ditransmisikan
serta dipertahankan oleh bahasa. Penggunaan bahasa yang tidak tepat dapat
mengganggu proses berpikir seseorang. Beberapa di antaranya yang dapat langsung
mengganggu komunikasi antara lain bahasa abstrak, inferensi, dikotomi,
eufimisme, dan bahasa ekuivokal.
Isi Pesan Persuasif
Terdapat
tiga tujuan pesan komunikasi persuasif, yaitu (1) membentuk tanggapan, (2)
memperkuat tanggapan, dan (3) mengubah tanggapan.
Dalam
proses pembentukan sikap dan tanggapan, persuader harus mampu mempertalikan
antara gagasan atau produk baru dengan nilai-nilai yang telah melekat dalam
sistem masyarakat atau sasaran. Penguatan tanggapan adalah terdapatnya
kesinambungan perilaku yang sedang berlangsung saat ini terhadap beberapa
produk, gagasan dan isu. Pengubahan tanggapan adalah perubahan tanggapan sasaran
persuasi untuk mengubah perilaku mereka terhadap suatu produk, konsep atau
gagasan.
Dalam
komunikasi persuasif, menggayakan pesan merupakan aspek yang penting karena
dapat “membungkus” pesan menjadi lebih menarik dan enak di “konsumsi”. Seorang
persuader harus memiliki gaya perolehan perhatian yang mengesankan, yang dapat
diperoleh dengan cara penggunaan bahasa yang jelas, luas dan tepat. Bahasa yang
efektif mengandung tiga unsur, yaitu kejelasan, kelugasan, dan ketepatan.
Agar
komunikasi persuasif berfungsi dengan baik dan efektif, maka dalam penyampaian
pesan-pesan persuasi harus disertai dengan gaya yang mengesankan, menawan, dan
tidak membosankan. Untuk itu, ada tujuh teknik yang bisa digunakan, yaitu
omisi, inversi, suspensi, antitesis, repetisi, paralelisme, dan aliterasi.
Daya
guna pesan persuasif dapat dilihat dari fungsi pesan itu sebagai (1) isyarat
yang disampaikan, (2) bentuk struktural, (3) pengaruh sosial, (4) penafsiran,
(5) refleksi diri, dan (6) kebersamaan.
Prosedur Umum Analisis
Komunikasi Persuasif
Tujuan
analisis komunikasi persuasif periklanan adalah untuk melakukan
pengidentifikasian dan pemeriksaan terhadap pesan, isi, tujuan dukungan, dan
konteks sosial dari suatu iklan.
Merk
dagang, kemasan, slogan, promosi, dan bentuk-bentuk pesan merupakan
konsep-konsep utama dalam periklanan. Analisis komunikasi persuasi periklanan
dapat diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu analisis identifikasi masalah dan
analisis untuk pemecahan masalah.
Proses
analisis komunikasi untuk periklanan adalah serangkaian kegiatan atau tahap
yang dilakukan dalam melaksanakan analisis komunikasi persuasif periklanan.
Masalah-masalah komunikasi persuasif periklanan dapat berasal dari sumber,
saluran, pesan, media, sasaran, lingkungan sosial budaya, serta efek dan dampak
periklanan.
Untuk
memperoleh kerangka pemikiran yang jelas dan menyeluruh, maka diperlukan
dukungan kerangka teoretis yang dapat menjelaskan semua pengertian dan
definisi. Rancangan analisis merupakan kerangka untuk melaksanakan analisis.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
analisis komunikasi persuasi periklanan karena melalui analisis data, data yang
telah dikumpulkan dapat diberi arti serta berguna untuk menjawab pertanyaan
analisis secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tibalah
akhir dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Komunikasi persuasif
adalah suatu proses, yakni proses mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku
orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Proses itu sendiri adalah
setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang terus-menerus
dalam konteks waktu, setiap pelaksanaan atau perlakuan secara terus-menerus. Ada
dua persoalan yang berkaitan dengan penggunaan proses, yakni persoalan
dinamika, objek, dan persoalan penggunaan bahasa. Komunikasi persuasif
ditujukan agar dapat mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti apa yang kita
inginkan.
B.
Saran
Dalam
penulisan makalah ini tentu saja masih banyak kekurangan seperti kata pepatah
yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Jadi penulis yakin jika dalam
makalah ini ada beberapa kekurangan, namun semoga tidak mengurangi apa yang
penulis harapkan kepada siapapun pembacanya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi siapapun yang membacanya. Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
buku Komunikasi Persuasif Karya Soleh
Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana,
0 komentar: