Input KRS (stress)
KRS Stress
Input KRS, begitulah peristiwa
musiman ini disebut. Peristiwa yang hanya ada enam bulan sekali atau lebih
tepatnya tiap semester, memang sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa untuk
mengambil mata kuliah apa saja yang dikehendakinya disemester depan. Begitupun
juga dengan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada masa KRS semester ini
semua mahasiswa dibuat sibuk dengan kegiatan ini. Khususnya adalah bagi
mahasiswa baru angkatan 2012, mereka yang notabennya tidak mengetahui secara
detail bagaimana langkah-langkah tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan
ini.
Semua bingung tak terkecuali aku dan
teman-teman kelasku yakni KPI C angkatan 2012. Memang ini adalah kali pertama
untuk kami, dan ini yang malah membuat bingung. Ketidak tahuan ditambah dengan
kegelisahan, campur aduk rasanya. Namun,
dengan minimnya pengalaman itulah yang coba kami hindari agar tak terjadi kesalahan dalam penginputan KRS yang pertama. Kami mulai membuat janji untuk bertemu disuatu tempat, yang akhirnya disepakati untuk bertempat disebuah kafe sederhana sebut saja G’bol Cafe tentu saja sesuai kantong mahasiswa seperti kami. Tim pansus KRS sudah terkumpul. Tim yang terdiri dari Arik, Yuyun, Hardi, Wahyu, Suhairi, Taufik, dan Roihan, memang menjadi tim pansus layaknya para pejabat negara seperti DPR yang ditugaskan untuk mengurusi hal-hal khusus. Tak berbeda dengan kami, tugas yang diemban cukup berat, apalagi kalau bukan menjadi pusat penitipan “nginput KRS”.
dengan minimnya pengalaman itulah yang coba kami hindari agar tak terjadi kesalahan dalam penginputan KRS yang pertama. Kami mulai membuat janji untuk bertemu disuatu tempat, yang akhirnya disepakati untuk bertempat disebuah kafe sederhana sebut saja G’bol Cafe tentu saja sesuai kantong mahasiswa seperti kami. Tim pansus KRS sudah terkumpul. Tim yang terdiri dari Arik, Yuyun, Hardi, Wahyu, Suhairi, Taufik, dan Roihan, memang menjadi tim pansus layaknya para pejabat negara seperti DPR yang ditugaskan untuk mengurusi hal-hal khusus. Tak berbeda dengan kami, tugas yang diemban cukup berat, apalagi kalau bukan menjadi pusat penitipan “nginput KRS”.
Jam dinding menunjukkan pukul 23.30,
yang itu berarti bersiap diposisi start. Karena berdasarkan informasi yang kami
dapat mengatakan jika penginptan KRS dibuka mulai jam 12.00 tepat. Tas mulai
dibuka. Laptop keluar dari kandang. Tombol power dipencet. Browser dibuka.
Semua siap diposisi masing-masing. Alamat website penyedia layanan sudah
diakses. Dan tiba-tiba raut wajah tim pansus berubah, yang semula penasaran dan
antusias bertransformasi menjadi kesal dan marah. Tetapi apa yang terjadi? Apakah
laptopnya rusak? Tentu tidak. Pengorbanan kami untuk begadang demi peristiwa
ini dengan meninggalkan kegiatan paling dinanti-nanti yakni tidur alias molor terasa
sia-sia. Server yang seharusnya menjadi serv
atau pelayan, tak mampu menyajikan apa yang menjadi kewajibannya. Error! Tak
bisa diinput. Tak pelak rasanya ingin berteriak, tapi tak usah karena itu hal
bodoh yang dilakukan dalam situasi bodoh. Kami putuskan untuk menunggu hingga
beberapa jam kedepan sambil berdoa kecil untuk server SIA (Sistem Informasi
Akademik) cepat kembali ke keadaannya yang seharusnya.
Waktu penantian kami isi dengan
berbagai kegiatan. Ada Hardi yang terlihat mulai menata papan catur bersama
Wahyu, apalagi yang akan mereka lakukan jika bukan catur. Mungkin sebagai
pengusir rasa marah tadi. Sisanya hanya asik dengan gadget masing-masing.
Jejaring sosial sekelas Facebook dan Twitter sudah menjadi website wajib untuk
dikunjungi. Yuyun sesekali tertawa kecil saat melihat “chat”nya dibalas. Akupun
tak mau kalah, namun aku lebih suka untuk mengunggah video kreasiku ke situs
youtube. Sembari menikmati minuman yang telah dipesan. Pesananku adalah kopasus
(kopi pake susu), sebenarnya aku tak tahu jenis minuman apa ini, semoga saja
enak rasanya. Tak terasa hingga waktu terus berjalan. SIA masih belum bisa
digunakan. Sial.
Aku bertambah sial, merasakan kantuk
yang cukup kuat dalam kepalaku, asal tahu saja, jika malam sebelumnya aku juga
sudah begadang. Bukan kegiatan sama seperti malam ini, melainkan menyaksikan
pertandingan kesebelasan andalanku. Siapa lagi kalau bukan FC Barcelona. Tapi
itu sangat tidak penting, yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya
agar kami “pansus KRS” dapat segera mengerjakan tugas dan kewajiban kami. Semua
terlihat masih menunggu sambil sesekali mengintip website SIA.
Wajah
bosan dan lelah tergambar jelas diraut wajah kami, akhirnya kami putuskan untuk
mencari penyegaran dan sejenak melupakan website sialan SIA ini. Tanpa pikir
panjang, langsung kami putuskan untuk pergi ke “alun-alun selatan” kota
Jogjakarta. Ya itulah kami. Untuk urusan main ataupun bepergian selalu cepat
dalam berpikir, menjadi suatu kelebihan dan sekaligus kekurangan kami. Tujuan
awal hanya untuk menghilangkan penat, tapi pada akhirnya perjalanan dini hari
ini lebih terasa sebagai perjalanan wajib ataupun menjadi yang inti hari ini. Urusan
KRS hilang sudah dari pikiran kami, yang ada dalam pikiran kami hanyalah
bagaimana caranya memecahkan mitos melewati dua beringin besar yang ada dengan
mata tertutup tanpa ada kesalahan. Jika berhasil dipercaya jika apa yang diinginkan
niscaya akan terkabul. Sebagai pembuka, wahyu mencoba pertama. Dapat ditebak,
gagal adalah hasil paling cocok untuknya. Tak mau ketinggalan akupun
mencobanya, percobaan satu punyaku pun gagal. Aneh. Terasa ada yang
menghalangiku untuk dapat menembus kokohnya pertahanan dua beringin tersebut.
Juga serasa ada yang menggiringku untuk berjalan melebar dari sasaran. Yang
lain turut unjuk gigi, sebut saja Yuyun & Roihan, mereka berdua seolah tak
mau kalah, hasilnya ya sama seperti yang lain tidak berhasil alias gagal.
Tak kehabisan akal aku coba untuk
mengakali mitos ini, begitu pikirku. Tiba-tiba saja muncul ide dalam pikiranku.
Aku beride bagaimana jika aku hitung dulu jumlah langkahku, agar aku dapat
melangkah yakin dalam berjalan. Karena yang menjadi masalah adalah ketika kita
berjalan pasti akan merasa khawatir menabrak pagar yang mengelilingi poho n
beringi tersebut. Itulah sebabnya aku mencoba untuk menghitung jumlah langkah
tersebut dahulu. Hingga akhirnya aku dapat berhasil mengakalinya,
Alhamdulillah, setelah sekian kali aku mencoba. Dan yang aku inginkan hanya
untuk dapat bisa kembali satu kelas bersama teman-temanku lagi, kebahagiaan
yang tiada akan berhenti. Amien.
Spesial Thanks to : semua mahasiswa
yang telah mau menjadi teman bahkan sahabat bagiku. Tak dapat aku ungkapkan beribu
rasa terima kasih dariku untuk kalian. Semoga apa yang menjadi kenangan dalam
benak pikiran akan selalu terkenang hingga akhir masa.
melaske
ReplyDeletemelaske
ReplyDelete