Bersiaplah! Wabah Alay Melanda !
Bersiaplah! Wabah
Alay Melanda !
alay |
Mungkin
kalimat plesetan seperti “loe gue end”,
“capek dech” dan “prikitiew” yang
sempat menjadi tren, sudah tidak lagi sering kita dengar. Seiring pergantian zaman
revolusi kalimat plesetan terus pula berganti. Biasanya kata-kata ini
diperkenalkan oleh kalangan artis atau pelawak. Dalam berbagai acara sitkom
(situasi komedi) maupun acara humor para pelawak selalu menyebutkannya. Selain
muncul dalam acara komedi, kalimat ini juga muncul sebagai jargon produk iklan.
Ini dikarenakan banyak orang memang menggandrungi kalimat lucu alias konyol.
Tidak hanya menjadi tren artis belaka, akan tetapi hampir semua lapisan
masyarakat sangat fasih melafalkannya. Bahkan, anak kecil seusia SD tidak lagi
canggung mengucapkannya. Sekarang kalimat itu disebu dengan kalimat alay.
Dewasa
ini kalimatnya sudah berevolusi, bukan lagi “loe
gue end”, “capek dech” dan
“prikitiew”. Melainkan “ciyus”,
“miyapa” dan “gue harus bilang wow
gitu”. Sekedar bermula dari iklan dan acara komedi, wabah alay telah menyerang
berbagai kalangan pemuda yang disebut dengan “alayer”. Mulai dari siswa,
mahasiswa dan anak-anak kecil. Dari kampus, sekolah, tempat umum dan dimanapun
kita sudah pasti akan sering mendengarnya. Dalam kampus penulis sendiri, hampir
semua mahasiswanya sangat fasih melafalkannya. Dalam berbagai kegiatan para
mahasiswa tidak sukar untuk mengucapkannya, yang paling parah adalah mereka
juga tidak ragu menggunakan kalimat alay dalam sesi perkuliahan. Dosenpun
merespon dengan dingin, karena memang dianggap kalimat itu sudah lumrah
dikalangan mahasiswa. Contohnya adalah ketika ada seorang dosen yang memberikan
tugas dadakan kepada mahasiswanya, dengan serempak layaknya paduan suara seisi
ruang menjawab “ciyus pak?”.
Efek
yang sangat luar biasa ditimbulkan dari kalimat-kalimat alay ini, bukan hanya
dijadikan “guyonan” semata. Akan tetapi sudah menjadi gaya hidup. Terbukti,
layaknya jamur dimusim hujan merebaknya para alayer dari hari kehari semakin
banyak. Dalam berbagai kegiatan, kalimat alay tak terbendung lagi bagaikan lagu
kebangsaan yang dinyanyikan pesepakbola sebelum memulai pertandingan. Ini
semacam ritual wajib dan kurang afdol untuk tidak mengucapkannya. Penulis
sendiri juga sangat fasih menyebutkan kalimat alay tersebut, dan tidak mau
ketinggalan untuk terus beralay ria.
bedeeeh :p ciyus nih? haha
ReplyDeleteini ciyus loh....
ReplyDelete