Friday, December 14, 2012

Terroris Never Die



Terorisme adalah salah satu kata yang selalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan oleh banyak orang dari berbagai kalangan. Terutama dinegeri jamrud katulistiwa Indonesia. Telah banyak kejadian yang menimpa negeri ini dalam hal terorisme. Sejak dari dulu hingga baru-baru ini, mulai dari bom Kuta Bali, bom hotel J.W. Marriot, dan beberapa saat lalu ketika pos polisi diserbu oleh bom molotof  oleh orang yang tak dikenal. Mengapa begitu banyak sekali terorisme yang melanda negeri ini? Apakah yang salah? Apa sistem keamanan yang kurang baik sehingga menjamurnya para teroris. Atau siapakah yang salah? Apakah para penegak hukum yang mempunyai tugas untuk mengamankan namun tak melakukan tugasnya dengan tidak professional? Kini timbul banyak pertanyaan mengenai penyebab atau akar permasalahan terorisme di Indonesia.
Pelaku terorisme atau teroris selalu menggunakan alasan dasar nama agama Islam untuk melancarkan aksinya. Teroris berpendapat jika apa yang mereka lakukan adalah jihad. Jihad diartikan oleh teroris sebagai sesuatu yang baik, bahkan bagi mereka jihad dianggap hal yang perlu diperjuangkan dan penting demi mengakkan kebaikan atau kebenaran di Indonesia. Namun inikah yang disebut dengan jihad dengan benar? Sebenarnya teroris salah hanya dalam mengartikan teori jihad dalam agama islam. Memang benar, dalam islam dikenal suatu konsep jihad. Pada zaman masa Nabi Muhammad dahulu jihad diidentikkan dengan berperang melawan kaum kafir. Para Shahabat Nabi yang ikut berperang dianggap sedang berjihad. Akan tetapi dalam mengartikan jihad sendiri alangkah lebih baik jika melihat konteks terlebih dahulu. Pastaskah jika jihad yang dimaksud adalah memerangi kaum barat yang dicap oleh teroris sebagai orang kafir? Tentu saja tidak segampang itu. Perlu diketahui apa arti jihad yang sesungguhnya, jihad berasal dari bahasa arab yaitu jahada-yujahidu yang berarti sungguh-sunguh. Kemudian alangkah baiknya kalau jihad dipersepsikan sebagai sungguh-sungguh.
Terroris Never Dies
Sebenarnya banyak hal yang melatarbelakangi terorisme di Indonesia. Namun, apakah hanya murni dari doktrin yang diberikan oleh para tokoh utama kepada rekrutan baru? Doktrin terorisme berupa konsep jihad yang menjanjikan melimpahnya pahala dan kebaikan. Para teroris baru akan diiming-imingi berupa hal-hal indah, seperti masuk syurga jika mati dalam menjalankan tugas. Kemudian yang paling penting adalah faktor ekonomi, mengapa? Karena hampir kebanyakan orang yang direkrut menjadi teroris adalah orang yang mempunyai ekonomi lemah. Mereka dijanjikan untuk mendapat uang ataupun penghidupan. Ini terbukti dari kehidupan yang didapatkan oleh para teroris dalam sehari-harinya. Mereka dapat bertahan hidup tanpa bekerja, selain itu sebenarnya untuk menyiapkan suatu pemboman dibutuhkan dana yang tidak sedikit.
Memang benar, Islam mengenal konsep Jihad dalam ajarannya. Akan tetapi bukan berupa jihad yang telah dipertontonkan oleh para teroris, misalnya Dr. Azhari dan Imam Samudra dkk. Konsep jihad seharusnya diimplementasikan dalam berbagai kegiatan, tidak hanya membom atas nama menegakkan agama. Bukanlah seperti itu, disini dimaksudkan jika dalam melaksanakan segala suatu hal dengan sungguh-sungguh. Semisal sebagai sorang mahasiswa, hendaknya dapat bersungguh-sungguh dalam belajar dan mengerjakan tugas. Bagi seorang dosen pun seharusnya mengajar para siswanya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya asal masuk kelas dan melaluinya begitu saja. Haruslah seorang muslim untuk memahami arti dari jihad secara lebih luas, bukan hanya dari sudut sempit.

0 komentar: