Terroris Never Die
Terorisme
adalah salah satu kata yang selalu menjadi topik hangat untuk dibicarakan oleh
banyak orang dari berbagai kalangan. Terutama dinegeri jamrud katulistiwa Indonesia .
Telah banyak kejadian yang menimpa negeri ini dalam hal terorisme. Sejak dari
dulu hingga baru-baru ini, mulai dari bom Kuta Bali, bom hotel J.W. Marriot,
dan beberapa saat lalu ketika pos polisi diserbu oleh bom molotof oleh orang yang tak dikenal. Mengapa begitu
banyak sekali terorisme yang melanda negeri ini? Apakah yang salah? Apa sistem
keamanan yang kurang baik sehingga menjamurnya para teroris. Atau siapakah yang
salah? Apakah para penegak hukum yang mempunyai tugas untuk mengamankan namun
tak melakukan tugasnya dengan tidak professional? Kini timbul banyak pertanyaan
mengenai penyebab atau akar permasalahan terorisme di Indonesia .
Pelaku
terorisme atau teroris selalu menggunakan alasan dasar nama agama Islam untuk
melancarkan aksinya. Teroris berpendapat jika apa yang mereka lakukan adalah
jihad. Jihad diartikan oleh teroris sebagai sesuatu yang baik, bahkan bagi
mereka jihad dianggap hal yang perlu diperjuangkan dan penting demi mengakkan
kebaikan atau kebenaran di Indonesia .
Namun inikah yang disebut dengan jihad dengan benar? Sebenarnya teroris salah hanya
dalam mengartikan teori jihad dalam agama islam. Memang benar, dalam islam
dikenal suatu konsep jihad. Pada zaman masa Nabi Muhammad dahulu jihad
diidentikkan dengan berperang melawan kaum kafir. Para Shahabat Nabi yang ikut
berperang dianggap sedang berjihad. Akan tetapi dalam mengartikan jihad sendiri
alangkah lebih baik jika melihat konteks terlebih dahulu. Pastaskah jika jihad
yang dimaksud adalah memerangi kaum barat yang dicap oleh teroris sebagai orang
kafir? Tentu saja tidak segampang itu. Perlu diketahui apa arti jihad yang
sesungguhnya, jihad berasal dari bahasa arab yaitu jahada-yujahidu yang berarti sungguh-sunguh. Kemudian alangkah
baiknya kalau jihad dipersepsikan sebagai sungguh-sungguh.
Terroris Never Dies |
Sebenarnya
banyak hal yang melatarbelakangi terorisme di Indonesia . Namun, apakah hanya
murni dari doktrin yang diberikan oleh para tokoh utama kepada rekrutan baru?
Doktrin terorisme berupa konsep jihad yang menjanjikan melimpahnya pahala dan
kebaikan. Para teroris baru akan diiming-imingi berupa hal-hal indah, seperti
masuk syurga jika mati dalam menjalankan tugas. Kemudian yang paling penting
adalah faktor ekonomi, mengapa? Karena hampir kebanyakan orang yang direkrut
menjadi teroris adalah orang yang mempunyai ekonomi lemah. Mereka dijanjikan
untuk mendapat uang ataupun penghidupan. Ini terbukti dari kehidupan yang
didapatkan oleh para teroris dalam sehari-harinya. Mereka dapat bertahan hidup
tanpa bekerja, selain itu sebenarnya untuk menyiapkan suatu pemboman dibutuhkan
dana yang tidak sedikit.
Memang
benar, Islam mengenal konsep Jihad dalam ajarannya. Akan tetapi bukan berupa
jihad yang telah dipertontonkan oleh para teroris, misalnya Dr. Azhari dan Imam
Samudra dkk. Konsep jihad seharusnya diimplementasikan dalam berbagai kegiatan,
tidak hanya membom atas nama menegakkan agama. Bukanlah seperti itu, disini
dimaksudkan jika dalam melaksanakan segala suatu hal dengan sungguh-sungguh.
Semisal sebagai sorang mahasiswa, hendaknya dapat bersungguh-sungguh dalam
belajar dan mengerjakan tugas. Bagi seorang dosen pun seharusnya mengajar para
siswanya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya asal masuk kelas dan melaluinya
begitu saja. Haruslah seorang muslim untuk memahami arti dari jihad secara
lebih luas, bukan hanya dari sudut sempit.
0 komentar: