Friday, April 4, 2014

Makalah Bahasa Indonesia tentang Atribut Kampanye

ATRIBUT KAMPANYE PARTAI POLITIK DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 : ANALISIS SEMIOTIKA

Asyhari amri
NIM : 12210084
Email : asyhari.amri@gmail.com


Abstrak
Masa kampanye pemilu 2014 banyak dipenuhi dengan berbagai macam atribut kampanye partai yang dibuat sedemikian rupa, guna bisa menarik simpati masyarakat agar kelak bisa dipilih. Banyak caleg yang menggunakan berbagai atribut untuk mengkampanyekan dirinya sendiri, menggunakan berbagai macam media kampanye, namun yang menjadi fokus penulis adalah baliho dan spanduk yang dipasang di jalan-jalan. Terlihat dalam spanduk maupun baliho tersebut memajang foto sang caleg yang menggunakan berbagai macam jenis pakaian, seperti jas, peci, baju koko dan semacamnya. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya, yakni ada hubungan apakah antara caleg yang memakai baju tertentu, dengan sikap masyarakat terkait pilihan mereka dalam pemilu 2014.
Hubungan antara pakaian yang dikenakan caleg dalam spanduk dengan pola pikir masyarakat, penulis berpendapat bahwa hal tersebut erat kaitannya, karena masyarakat menilai jika ada seorang caleg yang mengenakan pakaian rapi, dengan jas dan dasi, maka masyarakat akan menilai caleg tersebut adalah orang yang eksekutif maupun orang yang akademis. Sedangkan, jika ada caleg yang mengenakan sarung, maupun baju koko dan peci, maka persepsi yang terbangun dalam masyarakat adalah caleg itu akan terkesan agamis. Dari situlah, pembahasan lebih lanjut akan memaparkan perihal analisis semiotika pada atribut kampanye terhadap persepsi masyarakat.
Kata kunci : atribut kampanye, caleg, analisis semiotika, pemilu 2014.







Latar belakang
Dalam sebuah pemilu, kampanye merupakan hal yang sangat penting bagi para calon legislatif maupun partainya untuk menunjukkan dan mengenalkan profil mereka kepada masyarakat. Seiring perjalannya, kampanye partai politik menggunakan berbagai macam media kampanye, mulai dari media elektronik maupun cetak, media elektronik yang digunakan adalah seperti iklan dalam televisi maupun diradio, sedangkan media cetak biasanya sebuah partai menggunakan hal-hal seperti poster, baliho, spanduk, banner dan sebagainya. Media cetak yang digunakan dalam kampanye juga mempunyai berbagai macam varian yang bisa dimanfaatkan oleh para caleg maupun partai, tapi yang menjadi fokus penulis saat ini adalah penggunaan alat kampanye caleg berupa spanduk maupun baliho yang dipasang dipinggir jalan.
            Dalam spanduk kampanye tersebut, didalamnya tidak hanya sekedar menuliskan dan menjelaskan visi misi dari caleg saja, melainkan sudah pasti memasang foto sang empunya, yakni caleg tersebut. Nah yang penulis ingin mengupasnya adalah tentang foto-foto yang terdapat dalam baliho maupun sapnduk tersebut. Lihat saja, banyak dari para caleg menggunakan berbagai macam jenis pakaian agar bisa merebut simpati masyarakat agar mampu memilihnya dalam pemilu. Memang dalam sebuah foto, penampilan itu merupakan hal yang penting, akan tetapi dalam kenyataannya banyak caleg yang memanfaatkan pakaian untuk menarik minat masyarakat memilih mereka.
            Ada caleg yang memakai baju keagamaan seperti sarung, maupun kopiah yang menjadi ciri khas dari agama islam. Pada hal sebenarnya sebetulnya caleg tersebut tidaklah seagamis yang tergambar dan dijelaskan dalam spanduk tersebut. Hal tersebut jika kita mau kaji menggunakan kajian semiotik, maka sebenarnya hal tersebut merupakan upaya dari para caleg untuk menunjukkan tanda-tanda keagamaan dari mereka, melalui foto yang dipajang dalam spanduk tersebut, agar masyarakat mempunyai persepsi jika memang caleg tersebut adalah orang yang akademis. Hal ini bisa juga disebut dengan caleg yang berjualan pakaian, bukan hanya sekedar memaparkan visi misi yang benar-benar bagus agar masyarkat mampu tertarik pada mereka, namun juga paraa caleg memanfaatkan tanda-tanda khusus yang bisa menarik masyarakat.
            Simbol-simbol keagamaan yang mereka bawa, sesungguhnya hal yang cukup efektif, terlebih lagi jika foto tersebut diletakkan kedalam daerah yang benar-benar tradisi agamanya masih cukup kuat, seperti di pedesaan maupun daerah sekitar pondok pesantren dan sebagainya. Masyarakat menganggap jika orang yang ada dalam foto tersebut, yang mengenakan baju muslim, kopiah, dan sarung, secara tidak sadar masyarakat akan langsung berpikir jika orang tersebut adalah seorang yang agamis, maupun seorang santri ataupun kyai. Dengan menjual simbol keagamaan tersebut, sebenarnya berupaya untuk menguatkan persepsi masyarakat terhadap caleg tersebut. Masyarakat yang masih percaya dan peduli akan keagamaan akan berpikir jika orang yang ada dalam foto tersebut adalah seorang santri atau kyai, maka mereka akan memilihnya dengan harapan tidak akan korupsi dan akan bertindak sebaik mungkin karena mereka dianggap paham dengan agama.


Rumusan masalah

  1. Bagaimana hubungan antara atribut kampanye partai politik dengan kesuksesan dalam pemilu legislatif 2014?

0 komentar:

Penjelasan SURAT AL-HASYR: 8-9


AL-QUR’AN SURAT AL-HASYR: 8-9


Ïä!#ts)àÿù=Ï9 tûï̍Éf»ygßJø9$# tûïÏ%©!$# (#qã_̍÷zé& `ÏB öNÏd̍»tƒÏŠ óOÎgÏ9ºuqøBr&ur tbqäótGö6tƒ WxôÒsù z`ÏiB «!$# $ZRºuqôÊÍur tbrçŽÝÇZtƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 šÍ´¯»s9'ré& ãNèd tbqè%Ï»¢Á9$# ÇÑÈ   tûïÏ%©!$#ur râä§qt7s? u#¤$!$# z`»yJƒM}$#ur `ÏB ö/ÅÏ=ö7s% tbq7Ïtä ô`tB ty_$yd öNÍköŽs9Î) Ÿwur tbrßÅgs Îû öNÏdÍrßß¹ Zpy_%tn !$£JÏiB (#qè?ré& šcrãÏO÷sãƒur #n?tã öNÍkŦàÿRr& öqs9ur tb%x. öNÍkÍ5 ×p|¹$|Áyz 4 `tBur s-qム£xä© ¾ÏmÅ¡øÿtR šÍ´¯»s9'ré'sù ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÒÈ  

8. (juga) bagi orang fakir yang berhijrah [1466] yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. mereka Itulah orang-orang yang benar.
9. dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung
[1466] Maksudnya: Kerabat Nabi, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil yang kesemuanya orang fakir dan berhijrah.
Substansi:
1.      Sahabat Muhajirin dengan tekat bulat dan kepasrahan yang total nderekke nabi hijrah ke Madinah semata-mata ingin membela agama Allah dan Rasulullah sedangkan sahabat Ansor dengan ketulusan hati kesempurnaan iman dan mereka memfasilitasi sahabat Muhajirin dalam solidaritas yang total, selalu memprioritaskan sahabat Muhajirin atas dirinya sendiri.
Catatan : Bahwa menyatunya kepasrahan yang total dengan solidaritas yang total akan menjadi kekuasaan yang besar, selanjutnya akan memainkan peran yang penting dalam perjalanan agama Allah.
Keterangan:
            Pada masa Nabi Muhammad dahulu, yakni saat nabi memutuskan untuk hijrah dari kota mekkah ke kota madinah, banyak kaum muslim pengikutnya yang juga ikut berhijrah. Kaum muslim yang ikut berhijrah bersama nabi dari mekkah disebut sebagai kaum muhajirin, kaum muhajirin dengan tekad yang bulat dan mantap mengikuti hijrah nabi dengan berharap agar dapat menemukan tempat tinggal yang lebih baik dan bisa hidup lebih tenang dari gangguan orang-orang kafir yang sering mengganggu, dan yang paling penting adalah mereka berusaha berjuang dan membela agama Allah dan Rasulullah.
            Kedatangan kaum muslim dari mekkah yang berhijrah atau kaum muhajirin, diterima dengan sangat hangat dan baik oleh tuan rumah warga muslim madinah yang disebut dengan kaum anshor. Kaum anshor menerima kedatangan Nabi dan pengikutnya dengan sepenuh hati. Apa yang kaum anshor lakukan kepada kaum muhajirin, semata-mata hanyalah bentuk iman kepada Allah dan Rasulullah. Kaum Muhajirin dan Anshor dipersatukan oleh Nabi sebagai sebuah keluarga muslim yang utuh dalam satu kesatuan. Bahkan saking menghargainya terhadap kaum muhajirin, kaum anshor lebih mementingkan dan memprioritaskan kepentinga tamu mereka dari pada diri mereka sendiri.

            Semangat kaum anshor yang sangat menghargai kaum muhajirin, seharusnya juga bisa ditiru oleh masyarakat saat ini, dimana kita hendaknya dapat memperlakukan tamu muslim kita dengan sebaik mungkin. Apalagi sesama muslim yang notabennya adalah seorang keluarga maka kita sebisa mungkin memperlakukan mereka layaknya keluarga kita sendiri, karena sebagai sebuah satu kesatuan maka, perlakuan yang kita berikan pun harus sama dengan apa yang kita perlakukan pada diri kita.

0 komentar: