Thursday, June 27, 2013

Makalah Analisis Teori Kultivasi

TEORI  KULTIVASI
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasimassa Dikembangkan oleh George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori kultivasi ini berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya'. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa. Mereka.

Gerbner dan Stephen Mirirai (1976) mengemukakan bahwa televisi sebagai media komunikasi massa telah dibentuk sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam masyarakat yang diikat menjadi satu, bersosialisasi dan berperilaku.
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisi nya.
Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu disebut 'Analisis Budaya'.
Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.

Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi".
Latar belakang  masalah

Perkembangan media masa saat ini sangatlah pesat, arus komunikasi sangatlah cepat tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Perkembangan media teknologi yang terus berkembang sehingga mendukung kemajuan alat-alat komunikasi yang berjamuran dimasa sekarang. Televisi memang sudah sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari televisilah kita belajar tentang kehidupan dan budaya. Tontonan seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan, perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Dari latar belakang di atas itulah, merasa tertarik untuk menganalisis berita terkait dengan isu kenaikan BBM, dimana media menggambarkan sesuai dengan apa yang menurut mereka layak jual yang kadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Pengambilan berita-berita yang tidak seimbang yang akan membuat persepsi publik akan menghujat satu pihak saja tampa meminta keseimbangan berita yang tersajikan.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan di atas mencoba menganalisis efek pemberitaan dalam jangaka panjang dari televisi pada khalayak mengenai pemberitaan tersebut.
Gambaran umum

Kesimpulan
Dari pemberitaan pertama:
Dengan menggunakan teori kultivasi yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. Peneliti mencoba untuk menyimpulkan mengenai pemberitaan tersebut. Dimana kata-kata yang dipilih menunjukan setiap mahasiswa yang berdemo adalah mahasiswa yang anarkis. Seperti kata (menghalau) yang artinya mahasiswa mencoba secara paksa untuk melakukan sesuatu hal tampa adanya negossiasi terlebih dahulu. Kata (menghalau) identik dengan biang kerok, atau perusuh. Yang seolah-olah menjelekan setiap mahasiswa yang berdemo.
aparat hanya menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa.? Penggunaan kata hanya adalah bentuk pencitraan  yang baik kepada kepolisian. Dimana dalam pemberitaan ini polisilah yang dianggap benar dan mahasiswa dan buruh yang dianggap salah dalam penyampaian aspirasinya. Penggunaan kata hanya tidak sesuai dengan kenyataanya, dimana kepolisian juga menembakkan water canon kea rah pendemmo. Kata Hanya tidak sesuai dengan kalimat sebelumnya, polisi dilengkapi dengan pentungan helm, tembakan gas air mata, water canon dll. Sedangkan pendemo tidak memakai peralatan seperti itu, meteka datang membawa aspirasi dan bendera-bendera sebagai umbul-umbul untuk berdemo. Pelemparan batu yang dilakukan mahasiswa, sebagai bentuk kekecewaan tertolaknya aspirasi yang mungkin dalam satu sisi tidak adanya perwakilan dari mahasiswa atau buruh yang diijinkan untuk berdiskusi, sehingga win-win solution tidak tercapai.
Dari pemberitaan kedua

Penyampaian pemberitaan yang kurang seimbang dimana pihak yang terwawancara hanya oleh satu pihak yang pro terhadap kenaikan harga BBM saja, tidak mengikuti asas keseimbangan berita dimana pihak yang kontrapun harus dilibatkan dalam sebuah berita untuk penarikan kesimpulan. Pemberitaan ini seolah-olah untuk menghibur, atau memberikan nasehat kepada masyarakat luas, apabila BBM naik tidak akan terjadi dampak yang negatife, bahkan sebaliknya dampak positif dari kenaikan harga BBM ini.

0 komentar: