FTV Indonesia, Sudah Layakkah?
By : Arik Asyhari
Namun yang jadi masalah adalah bukan karena sudah menyaksikannya atau
belum, akan tetapi masalah konten yang ditampilkan dalam acara tersebut. Selalu
yang ditonjolkan dalam film tersebut pastilah masalah percintaan. Hampir sangat
tidak mungkin jika ada tayangan FTV dengan tidak menampilkan cinta dalam setiap
adegannya. Contohnya saja, pasti pada awalnya pemain utama laki-laki selalu
berseteru dengan pemain utama perempuan pada awalnya, namun pasti pada akhirnya
mereka berdua berbaikan dan berpacaran. Jika kita mau sedikit mengamati,
pastinya kita akan menemukan jika apa yang ditampilkan dalam acara FTV itu
selalu sama jalan ceritanya. Hampir semuanya seperti itu, mengapa ini terjadi?
Apakah memang para kru kreatif yang membuat tayangan tersebut sudah
kehabisan ide sehingga hanya dapat menciptakan tayangan dengan genre-genre
tersebut? Dan tidak mau berpaling ke jalan cerita yang berbeda? Atau mungkin
memang pangsa pasar yang menginginkan akan adanya tayangan tersebut sehingga
para pelaku kreatif selalu berusaha membuat film yang berjalan cerita sama,
hanya saja sedikit setingan yang diubah sedikit saja. Tapi yang perlu diketahui
juga adalah dengan teori ekonomi adalah “ada permintaan ada barang”, dan dari
teori ini dapat dipahami jika berarti dengan adanya tayangan tersebut merupakan
permintaan dari para penonton yang memerlukannya. Dengan kata lain jika memang
penontonlah yang membutuhkan acara tersebut sebagai tontonan mereka. Karena TV
tidak mungkin menayangkan sesuatu yang sekiranya tidak akan ditonton banyak
orang, itu sama saja dengan bunuh diri.
Selain anggapan-anggapan diatas, dapat disimpulkan bahwa ternyata ada
yang tidak beres dengan pihak media maupun masyarakat yang menontonnya, namun
kita tidak dapat hanya menyalahkan salah satu pihak saja tanpa ada bukti yang
nyata dan konkrit. Sebenarnya tidak ada yang salah, melainkan harus ada yang
perlu sedikit dibenahi yakni ketika tayangan media hendaknya tidak hanya mencari
keuntungan semata dengan menyiarkan hal-hal yang kurang mendidik dalam acara
FTV, kemudian sebagai penonton masyarakat juga alangkah baiknya dapat memfilter
dirinya agar dapat menonton hal yang sekiranya dapat menghibur sekaligus
bermanfaat bagi dirinya, tidak hanya mementingkan apa yang dilihat lucu saja.
Karena secara tidak langsung dapat menimbulkan efek yang kurang baik, dengan
kata lain jadilah penonton cerdas, agar tak gampang terkecoh dan dikelabui oleh
media. Dan kepada media, semoga tetap menyiarkan apa yang disiarkan dengan
lebih baik dan lebih bermanfaat.
SEMOGA SEMAKIN
MAJU PERFILMAN INDONESIA !
DAN JADILAH
PENONTON YANG CERDAS !
By : Arik Asyhari
0 komentar: