Thursday, June 27, 2013

Makalah Analisa Teori Komunikasi Massa

LAPORAN ANALISA PROGRAM TELEVISI

Kabar Petang Tvone
Tentang Pemberitaan Mengenai Kenaikan BBM
Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Massa
Dosen pengampu: RISTIANA KADARSIH, S.Sos.,M.A




Disusun oleh:
Ubaidillah Fatawi  (12210074)
Asyhari Amri (12210084)
Muhammad Rozakun

PROGRAM STUDI KOMUNIAKSI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2012/2013

Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah, Tuhan Maha Kuasa, yang dengan kuasa-Nya penyusun diberikan akal dan kesehatan untuk melakukan tugas observasi. Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir untuk Rasul,  Nabi Muhammad SAW. Dari beliaulah timbul inspirasi-inspirasi dalam perjalanan berfikir penulis.
Ditulisnya makalah ini sebagai laporan atas analisa yang kami lakukan pada fenomena yang terjadi di media massa. Kami menyadari apa yang kami hasilkan masih dari kata sempurna, maka bimbingan dari Ibu Ristiana Kadarsih, S.Sos.,M.A. sangatlah masih kami butuhkan.
Demikian makalah ini disusun, kurang lebihnya mohon maaf dan terima kasih.



Yogyakarta, Juni 2013


Penyusun



DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................... 3
BAB  I  PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.................................................................................. 4
B.     Objek Analisa................................................................................... 4
C.     Rumusan Masalah............................................................................ 4
D.    Tujuan Analisa................................................................................. 4
            BAB  II. PEMBAHASAN
A.    Kajian Teori...................................................................................... 6
B.     Analisa Program............................................................................... 9
             BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................... 15
B.     Saran................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan media masa saat ini sangatlah pesat, arus komunikasi sangatlah cepat tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Perkembangan media teknologi yang terus berkembang sehingga mendukung kemajuan alat-alat komunikasi yang berjamuran dimasa sekarang. Televisi memang sudah sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari televisilah kita belajar tentang kehidupan dan budaya. Ditambah lagi dengan kehadiran internet, internet hadir di setiap genggaman kita. Informasi apapun bisa kita peroleh sesuai dengan apa yang kita ketikkan di layar. Maka pengaruh media massa baik itu internet maupun televisi sangatlah besar terhadap pemikiran, tingkah laku bahkan budaya kita.
Kenaikan BBM yang tengah baru saja terjadi masih saja meninggalkan jejak masalahnya. Baik dipihak masyarakat maupun media itu sendiri. Dalam pemberitaan tentang kenaikan BBM, media mempunyai andil yang sangat besar terhadap cara pandang masyarakat dalam menyikapi masalah ini. Hal ini bukan barang baru lagi bagi dunia komunikasi massa, hal-hal yang menyangkut fenomena BBM ini telah dirumuskan teorinya oleh para peneliti-peneliti sebelumnya. 
ah satu me
B.     OBJEK ANALISA
Objek yang kami amati adalah media-media pemberitaan baik yang ada di televisi maupun internet. Yaitu Kabar Petang TVone dan www.metronews.com

C.    RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya yaitu Bagaimana menganalisa fenomena pemberitaan kenaikan BBM dilihat dari sudut pandang teori-teori komunikasi massa
D.    TUJUAN ANALISA
Tujuan dari dilakukannya analisa tentang pemberitaan kenaikan BBM di media pemberitaan adalah agar Mengetahui kaitan fenomena pemberitaan kenaikan BBM dengan teori-teori komunikasi massa.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kajian Teori
A.3. Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah :
  1. Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu.
  2. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.

A.2.  Teori Kultivasi
Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa Dikembangkan oleh George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori kultivasi ini berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya'. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa. Mereka.
Gerbner dan Stephen Mirirai (1976) mengemukakan bahwa televisi sebagai media komunikasi massa telah dibentuk sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam masyarakat yang diikat menjadi satu, bersosialisasi dan berperilaku.
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisi nya.
Menurut Miller (2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela) melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu disebut 'Analisis Budaya'.
Gerbner, Gross, Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan sumber gambaran yang paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.
Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi".
A.3. Teori Spiral Keheningan
Teori ini diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle-Neumann pada tahun 1984 melalui tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence. Secara ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas? Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa seseorang sering merasa perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas. 
Bahkan orang-orang yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering merasa perlu untuk mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya ia akan merasa sendiri. Ini bisa diamati pada individu yang menjadi masyarakat pendatang di suatu kelompok tertentu. Ia merasa perlu diam seandainya pendapat mayoritas bertolak belakang dengan pendapat dirinya atau kalau pendapat itu tidak merugikan dirinya, bahkan ia sering merasa perlu untuk mengubah pendirian sesuai dengan kelompok mayoritas dimana dia berada.
Kajian Noelle-Neumann ini menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial. Sebagaimana kita ketahui, opini publik sebagai sebuah isu kotroversial akan berkembang pesat manakala dikemukakan lewat media massa. Ini berarti opini publik orang-orang juga dibentuk, disusun, dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat antara opini dengan media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral kesunyian) karena dia barasal dari kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi oleh isu-isu dari media massa.
Teori spiral keheningan menyadarkan gagasan pada tiga asumsi dasar dan berdasarakan penjelasan mengenai opini publik sebagai latar belakangnya, yaitu:
Asumsi 1 : Masyarakat memegang kekuasaan terhadap mereka yang tidak sepakat melalui ancaman akan isolasi. Opini publiklah yang menentukan apakah nilai-nilai ini diyakini secara sama di seluruh populasi.
Asumsi 2 : Orang secara terus menerus menilai iklim dari opini publik.  Menerima informasi mengenai opini publik dari observasi pribadi dan media.
Asumsi 3: Perilaku publik dapat berupa berbicara mengenai sesuatu atau diam. Jika individu-individu merasa ada dukungan mengenai topik itu. Mereka akan mengkomunikasikannya.

B.     Analisi Program
B.1. Berdasarkan Teori Agenda Setting
                  Sesuai pemberitaan yang disampaikan oleh salah satu stasiun berita TV terbesar di Indonesia yakni TVONE ini menyiarkan beberapa kali pemberitaan tentang berbagai demo yang dilakukan oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah dengan intensitas yang cukup sering, mulai dari acara headline news, breaking news hingga berita acara yang cukup santai pun masih membahas tentang demo kenaikan harga BBM.
      Dengan melihat teori agenda setting yang ada menunjukkan jika TV ini berusaha menunjukkan kepada publik jika banyak yang menolak terhadap rencana kenaikan BBM tersebut, dengan pemberitaan yang bertemakan sama maka masyarakat selaku pemirsa TV pasti akan mengira jika seluruh masyarakat menolak rencana tersebut. Padahal dalam kenyataannya banyak kalangan yang sependapat dan setuju akan hal tersebut dengan melihat berbagai argumen dan alasan yang ada, dengan seperti itu media berusaha menampilkan kepada publik jika masyarakat indonesia serempak menolak akan rencana kenaikan harga BBM.
                  Selain itu, menurut penulis media juga berusaha menampilkan sisi lain dari mahasiswa, karena dari segi pemberitaan yang ada selalu menunjukkan sisi negatif dari mahasiswa yakni berupa sikap anarkis, seenaknya sendiri, dan tak mau mengalah alias egois. Padahal kita semua tahu jika masih banyak lagi mahasiswa yang tidak melakukan hal tersebut, banyak mahasiswa yang malah melakukan inovasi dalam bidang otomotif dengan menciptakan kendaraan yang irit bahan bakar dan modern malah tidak mendapat perhatian yang cukup dari media, media hanya menampilkan keanarkisan mahasiswa saja. Tanpa memperhatikan sisi positif dari mahasiswa. Hal ini seperti hanya menyudutkan pihak mahasiswa yang diidentikkan dengan perusuh dan anarkisme.
                  Dari teori ini dapat kita pahami jika media berusaha memberi gambaran terhadap masyarakat jika memang mahasiswa itu adalah tukang perusuh, dan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna. Karena apa yang disampaikan oleh media maka akan menjadi opini publik.

B.2. Berdasarkan Teori Kultivasi
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Dari latar belakang di atas itulah, merasa tertarik untuk menganalisis berita terkait dengan isu kenaikan BBM, dimana media menggambarkan sesuai dengan apa yang menurut mereka layak jual yang kadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Pengambilan berita-berita yang tidak seimbang yang akan membuat persepsi publik akan menghujat satu pihak saja tanpa meminta keseimbangan berita yang tersajikan.

Dari pemberitaan pertama:
Dengan menggunakan teori kultivasi yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. Peneliti mencoba untuk menyimpulkan mengenai pemberitaan tersebut. Dimana kata-kata yang dipilih menunjukan setiap mahasiswa yang berdemo adalah mahasiswa yang anarkis. Seperti kata (menghalau) yang artinya mahasiswa mencoba secara paksa untuk melakukan sesuatu hal tampa adanya negossiasi terlebih dahulu. Kata (menghalau) identik dengan biang kerok, atau perusuh. Yang seolah-olah menjelekan setiap mahasiswa yang berdemo.
Aparat hanya menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa.? Penggunaan kata hanya adalah bentuk pencitraan  yang baik kepada kepolisian. Dimana dalam pemberitaan ini polisilah yang dianggap benar dan mahasiswa dan buruh yang dianggap salah dalam penyampaian aspirasinya. Penggunaan kata hanya tidak sesuai dengan kenyataanya, dimana kepolisian juga menembakkan water canon kea rah pendemmo. Kata Hanya tidak sesuai dengan kalimat sebelumnya, polisi dilengkapi dengan pentungan helm, tembakan gas air mata, water canon dll. Sedangkan pendemo tidak memakai peralatan seperti itu, meteka datang membawa aspirasi dan bendera-bendera sebagai umbul-umbul untuk berdemo. Pelemparan batu yang dilakukan mahasiswa, sebagai bentuk kekecewaan tertolaknya aspirasi yang mungkin dalam satu sisi tidak adanya perwakilan dari mahasiswa atau buruh yang diijinkan untuk berdiskusi, sehingga win-win solution tidak tercapai.
Dari pemberitaan kedua
Penyampaian pemberitaan yang kurang seimbang dimana pihak yang terwawancara hanya oleh satu pihak yang pro terhadap kenaikan harga BBM saja, tidak mengikuti asas keseimbangan berita dimana pihak yang kontrapun harus dilibatkan dalam sebuah berita untuk penarikan kesimpulan. Pemberitaan ini seolah-olah untuk menghibur, atau memberikan nasehat kepada masyarakat luas, apabila BBM naik tidak akan terjadi dampak yang negatife, bahkan sebaliknya dampak positif dari kenaikan harga BBM ini.
Dari pemberitaan ketiga
Fraksi PKS masih menolak kenaikan harga BBM subsidi seperti yang diusung setgab koalisi. Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai perdebatan fraksi terkait tolak kenaikan harga BBM  sengaja dilakukan untuk menarik perhatian khalayak. Dalam pemberitaan ini sengaja aja setingan untuk para kalayak, agar mendapatkan simpati untuk pemilu di tahun 2014. Disaat partai PKS mendapatkan badai besar, (terjeratnya pembesar partai karena kasus korupsi) sengaja PKS melakukan berbagai cara agar mendapatkan perhatian dari khalayak.
Dari berita keempat
Aksi unjuk rasa tolak rencana kenaikan harga BBM subsidi terjadi di sejumlah daerah, Senin (17/6). Pendemo kerap terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian, seperti yang terjadi di Makassar dan di depan Gedung DPR Jakarta. Dilihat dari teori kultivasi (teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak), dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang berdemonstrasi sangatlah identik dengan anarkis. Baik itu mahasiswa ataupun buruh, sedangkan tuntutan dari para pendemo sangat jarang dipublikasi, padahal tuntutan itulah yang seharusnya di publikasikan agar aspirasi dapat tersampaikan oleh masyarakat umum. Bukan keanarkisanya yang kemudian banyak masyarakat yang ikut mengkultuskan bahwa demo sama dengan anarkis, bukan demo membangun dengan aspirasinya, untuk memberikan saran-saran kepada pemerintah dan masyarakat luas.

B.2. Berdasarkan Teori Spiral Keheningan
Dalam cuplikan video acara News TVone yang dilampirkan, Media berita yang seharusnya hanya menyampaikan kabar peristiwa berubah menjadi ajang penyampaian opini. Dimana opini ini berdiri di salah satu pihak yang menolak bbm dan melawan pemerintah. Sehingga opini publik yang terbentuk adalah bahwa kenaikan BBM adalah sesuatu yang berdampak negatif terhadap rakyat. Ini sudah menyalahi kode etik jurnalistik dimana media dituntut untuk netral. Jika sudah begini, kecendrungan media untuk mengendalikan opini publik semakin dominan. Dengan sifat media yang netral, seharusnya pemberitaan tentang kenaikan BBM tidak hanya disajikan dalam satu sisi, namun dari berbagai sisi dengan porsi yang sama besar pula. sehingga masyarakat diberikan hak untuk memilih langkah. Dan tidak terjadi pemihakan pada salah satu pendapat. Pada intinya, media harus netral, karena media memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan opini publik yang akan berdampak pula terhadap perilaku publik dalam menyikapi suatu masalah.
Dalam kasus pemberitaan kenaikan BBM, Ada sebagian orang yang  setuju dengan kenaikannya tapi mereka cenderung diam saja dan tidak pernah mengangkat suara seperti halnya yang menolak kenaikan BBM karena takut terisolasi. Posisi sebagai mayoritas  sangat mendukung untuk melakukan kegiatan isolasi terhadap minoritas, yaitu orang-orang yang melawan opini publik yang tengah menguasai iklim opini. Hal ini senada dengan asumsi teori spiral keheningan yang menyatakan bahwa masyarakat mengancam individu yang menyimpang dengan cara isolasi karena memang rasa takut akan isolasi sangat berkuasa, tak lepas dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sukar hidup tanpa adanya kegiatan sosial. Sehingga, Orang yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering merasa perlu mengubah pendiriannya[1]. Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya, ia akan merasa sendiri dan terkucilkan. Berbeda dengan Hard Core, meskipun ancapan akan isolasi tetap berkembang, tapi mereka tetap menyuarakan apa yang mereka percayai sebuah kebenaran. Ya, meskipun pendapat mereka tidak banyak di sorot oleh media, namun lama-kelamaan jika disertai argumentasi yang kuat opini mereka akan tetap bertahan dan hidup.
Hal ini yang sering terjadi dilingkungan perdebatan mahasiswa, terlebih aktivis-aktivis pergerakan kampus. Di dalam opini yang senter berkembang di lingkung mahasiswa, kenaikan BBM akan mengakibatkan penderitaan-penderitaan Rakyat semakin bertambah. Sehingga sudah seperti wajib hukumnya bagi para mahasiswa untuk turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan ini. Mereka berani melakukan ini karena memang opini mereka adalah opini publik, dimana opini mereka ini didukung oleh media massa yang mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi iklim opini di khalayak.  Hal ini sesuai juga dengan asumsi Teori Spiral Keheningan yang ketiha bahwa apabila individu-individu merasa ada dukungan mengenai topik itu. Mereka akan mengkomunikasikannya.
Meskipun ada pula mahasiswa yang sebenarnya setuju-setuju saja dengan kenaikan harga BBM ini, namun mereka lebih memilih diam daripada harus terisolasi di dalam kelompok. Dan para minoritas ini cenderung mengkomunikasikan pendapatnya dengan orang yang sependapat dengannya. Atau mengkomunikasikannya melalui media sosial. Mahasiswa yang berada dalam forum diskusi, cenderung memilih untuk diam demi keselamatannya dari isolasi. Namun ketika sudah dalam ranah media sosial seperti facebook dan twitter, para minoritas ini cenderung berani untuk mengeluarkan pendapatnya. Karena memang ancaman isolasi di media sosial ini sedikit. Maka bisa digaris bawahi bahwa penyebab seseorang itu berani atau tidaknya menyampaikan satu pendapat, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya efek isolasi yang akan diterima.





BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Media massa memang memilki pengaruh yang sangat besar terhadap apa yang menjadi opini bagi publik.

B.     SARAN
Literiasi media perlu dilakukan agar khalayak umum bisa menentukan mana langkah yang akan diambil.
DAFTAR PUSATAKA
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada



[1] Nurudin,M.Si dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa halaman 182

0 komentar: