Makalah Agama Hindu
2.1 Sejarah
Agama Hindu
Secara historis, kelahiran agama Hindu
dilatarbelakangi dengan akulturasi kebudayaan antara bangsa Aria sebagai bangsa
pendatang dan Iran, dengan bangsa Dravida sebagai penduduk asli India. Bangsa
Aria masuk ke India kira-kira tahun 1500 SM. Dengan segala kepercayaan dan
kebudayaan yang bersifat Vedawi, telah menjadi thesa di satu pihak, dan
kepercayaan bangsa Dravida yang animist telah menjadi antithesa di lain pihak.
Dan sinkretisme antara keduanya, lahir agama Hindu (Hinduisme) sebagai
synthesa.
Berlatar belakang statusnya sèbagai bangsa pendatang,
maka bangsa Aria merasa men-iiliki kelebihan daripada bangsa Dravida. Kedudukan
bangsa Aria yang terdiri dan para brahrnana ahli kitab itu, bagaimanapu tidak
bisa disejajarkañ dengan orang-orang awam pada umumnya, sehingga tidaklah
mengherankan jika di kemudian han agama Hindu lebih banyak diwarnai oleh adanya
klasifikasi masyarakat penganutnya ke dalam kasta-kasta.
Kaum brahmana yang mengusai kitab Veda telah menjadi
kelompok penentu ajaran Hindu, karena itu agama Hindu dikenal juga dengan
istilah agma Brahmana atau disebut Dharma dalam bahasa Sanskerta. Dari sisi
lain, agama Hindu terkadang disebut juga agama Weda, karena aja rannya
bersumber dan kitab Weda, yang wujud lahiriahnya terdiri dari empat kelompok
berikut.
1. Rig Weda, yaitu kitab Weda yang banyak
mengandung puji-pujian (hymne).
2. Sama Weda, sebagai penjabaran dari Ring
Weda ditandai dengan lagu-lagu dan nyanyian suci.
3. Yayur Weda, yakni kitab Weda yang
banyak memuat perihal mantera-mantera untuk persembahan dalam upacara-upacara
keagamaan.
4. Atharwa Weda, yakni kitab Weda
khusus bagi para pendeta tertentu dan golongan brahmana.
Sedangkan menurut isinya, kitab Weda dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Mantera, yang berarti nyanyian doa
suci.
2. Brahmana, yang berisi uraian tentang
upacara korban yang biasa dilakukan oleh pendeta.
3. Upanisyad, berisi tentang ajaran
ketuhanan, perihal manusia dan kelahiran kembali.
2.2 Ketuhanan
Trimurti
Sistem ketuhanan Hindu mendekati paham materialisme
yang bersifat naturalis, karena disandarkan pada peristiwa dan kejadian alam,
sehingga hampir segala gejala dan gerak alamiah merupakan manifestasi dan
lambang kekuatan. Tidaklah mengherankan apabila kepercayaan terhadap kekuatan
yang majemuk itu, menggiring ketuhanan Hindu ke arah polytheisme yang memuja
banyak dewa.
Di antara sekian banyak dewa yang dipuji sebagai
sumber segala kekuatan, hakikatnya terkoordinasi dalam ketuhanan Trimurti,
berikut ini.
a. Brahmana
Dewa yang dianggap sebagai pencipta alam, yang telah
mewujudkan alam ini dengan segala isinya. Dalam mengendalikan kekuasaannya,
dewahmana didampingi dewi yang sakti, yakni Dewi Saraswati (dewi kesenian dan
pengetahuan); juga memiliki kendaraan khusus yaitu hewan unggas yang disebut
Hangsa.
b. Wisynu
Dianggap sebagai dewa pemeliharaan alam dengan
kekuasaan mendamaikan umat manusia, memelihara ketertiban, serta mewujudkan
kedamaian. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewa Wisynu juga didampingi oleh dewi
sakti yang disebut Dewi Sri (dewi kebahagiaan). Kendaraan khusus untuk Wisynu
dilambangkan dengan burung Rajawali atau Garuda.
c. Syiwa
Dianggap sebagai dewa perusak alam yang kekuasaannya
berhubungan dengan kejahatan manusia. Timbulnya peperangan, pembunuhan dan
sebagainya. Perlambang sedang berperannya kekuasaan Syiwa. Sebagaimana Brahmana
dan Wisynu, maka Syiwa pun didampingi dewi sakti yang disebut Dewi Durga (dewi
kematian). Kendaraan khusus untuk Wisynu dilambangkan dengan lembu jantan yang
disebut Nandi.
Wujud ketuhanan Hindu yang polytheisme akan nampak
jelas dengan memperhatikan pemujaan terhadap bermacam-macam dewa sesuai dengan
gerak alam. Penguasaan matahari oleh Dewa Surya, langit dan lautan oleh Down
Waruna, hujan dan perang untuk Dewa Indra, atau angin topan untuk Dewa Maruta
dan bumi oleh Dewi Pertiwi.
Secara inkrnasi, dewa-dowa yang bersemayam di kayangan
berlokasi di Gunung Mahameru, dalam peranannya menyelamatkan kehidupan manusia,
sebagai raja yang berkuasa. Dalam hubungan ini, dapat disebutkan contohnya Rama
sebagai penjelmaan Wisynu di India dan Airlangga sebagai penjelmaan Wisynu di
indonesia.
2.3 Inti
Ajaran Hindu
a. Tentang korban dan sajian, sebagai persembahan
kepada para dewa atau penghormatan terhadap arwah nenek moyang yang telah
meninggal. Korban umum dilakukan dalam bentuk kebersamaan antara masyarakat
setempat, biasanya dalam menghadapi musibah, upacara pembakaran mayat dan
lain-lain. Korban dilakukan khusus oleh keluarga tertentu dalam hubungannya
dengan peristiwa perkawinan, kelahiran dan kematian.
b. Tentang roh disebutkan adanya roh umum yang
bersifat universal, yakni Brahman sebagai Tuhan penguasa semesta dan roh umum
yang telah terkurung dalam tubuh atau benda yang disebut Atman.
c. Perihal karma, bahwa perbuatan manusia di
dunia akan selalu berhubungan dengan hukum kausalitas dimana perbuatan baik
akan menimbulkan akibat baik, dan perbuatan jahat akan mengakibatkan timbulnya
kejahatan.
d. Bahwa proses kehidupan manusia, tidak terlepas
dari kesengsaraan (samsara) dimana manusia lahir, hidup, berbuat, mati, lahir
lagi, dan seterusnya. Semuanya akan terus berputar dan tak pernah berhenti,
melainkan dengan jalan kelepasan.
e. Tentang kelepasan atau disebut Moksa,
merupakan jalan menghindari kesengsaraan dengan cara membebaskan diri dan
godaan keinginan yang melekat dalam tubuh manusia.
2.4 Aliran
Hinduisme
a.
Aliran Wedanta atau disebut juga utara Mimamsa, dipelopori oleh
pendeta Badrayana yang termaktub dalam buku Wedanta Sutra dan Brahmasutra. Penganut
terkenal dari aliran ini adalah pendeta Ramanuya (akhir abad 11 M). Aliran ini
berisi :
1) Bahwa sumber utama dan titik akhir dari segala
sesuatu adalah Brahman, yang bersifat azali.
2) Bahwa hakikat nanusia adalah penjelmaan rahman
dalam wujud yang terbatas yang disebut Atman; terdiri dari Purusa dan Praketti (Rohani
dan Jasmani) yang bersifat sementara.
3) Kelepasan dilakukan dengan menghilangkan
keterbatasan Brahman dalam situasi Atman melalui pengetahuan serta kesadaran
diri terhadap kenyataan yang dialami.
b.
Aliran Samkhya, disponsori oleh Pendeta Kapila
(sekitar abad 8 SM) bersamaan lahirnya Upanisyad. Aliran ini berisi :
1) Bahwa sumber segala sesuatu adalah dua zat
yang kekal, yakni Purusa (roh) dan Prakerti (benda). Di dalam Prakerti terdapat
tiga guna sebagai daya kekuatan, yakni Sattawa(daya terang yang
membawa kesadaran). Rajasa (daya penggerak atau motivator
untuk melakukan aktivitas), serta daya putus asa (yang membawa kemalasan).
2) Bahwa persekutuan antara Purusa dan Prakerti
akah melahirkan situasi mahal yang dapat menimbulkan ahamkara. Dan hubungan
keduanya timbul pengamatan, perbuatan dan budi.
3) Bahwa kelepasan dilakukan dengan cara
mengembalikan Purusa kepada kepribadiannya semula, melalui
pengetahuan praktis (yoga).
c.
Aliran Yoga,. sebagai kelanjutan operasional dan
aliran Samkhya, dipelopori oleh pendeta Patanjali (sekitar tahun 450 M). Aliran
ini menyatakan :
Bahwa
jajan kelepasan diperoleh tergantung pada diri manusia sendiri dalam usahanya
melepaskan diri dari segala keinginan pada barang-barang yang tampak, sehingga
tidak berminat sama sekali pada hal-hal duniawi (wairagya).
Ada
delapan tingkat yang harus dilalui untuk mencapai kelepasan yang terdapat dalam
aliran ini yaitu:
a. Ahimsa (jangan, membenci, mencuri, berbuat
mesum, dan sebagainya).
b. Membersihkan diri lahir batin semata-semata
hanya untuk berbakti pada Tuhan.
c. Penguasaan nafas hidup.
d. Peguasaan gerak-gerik tubuh.
e. Perenungan diri sendiri.
f. Perenungan barang yang diamati.
g. Mematikan rangsangan dari luar.
h. Penghapusan identitas pribadi.
Dari persiapan yang bersifat etis, fisis, imaginatif
dan samadhi, dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir dari manusia, yakni
berpisahnya pengaruh Prakerti dalam Purusa dengan Tuhan sebagai titik sasaran
renungan. Dari sini dapat dimengerti bahwa kelepasan Yoga bukan dalam bentuk
persekutuan Tuhan seperti Wedanta, bukan pula pengingkaran terhadap peranan
Tuhan seperti Samkhya, melainkan Tuhan diwujudkan secara simbolis dan bersifat
pasif.
d.
Agama Sikh, dikategorikan sebagai gerakan pembaharuan dalam
Hinduisme, yang ditimbulkan akibat pengaruh masuknya agama Islam (abad-12) dan
agama Kristen (abad-18) ke India. Di bawah pimpinan Kabir dan Nanak, gerakan
Sikh berkembang di India dengan inti ajaran sebagai berikut.
Bahwa Tuhan adalah zat yang disembah oleh
penganut sebuah agama. Oleh karena itu, penyembahan terhadap banyak dewa
merupakan kesalahan.
Kelepasan diperoleh dengan iman dan bakti serta
persekutuan dengan Tuhan di dalam kasih.
Perbedaan kasta tidak dibenarkan. Gerakan ini
berpedoman pada Kitab Suci tersendiri yang disebut Adi Granth.
e.
Agama Brahma Samaj, merupakan gerakan pembaharuan Hinduisme sebagai
reaksi dari pengaruh agama Kristen di India. Didirikan oleh Ram Mohan Roy
(1772-1833) seorang Hindu yang berpendidikan barat. Brahma Samaj yang berarti
persekutuan masyarakat brahman, melaksanakan kebaktiannya setiap hari Sabtu,
semacam misa Minggu yang dilakukan umat Kristen. Acara kebaktian dilaksanakan
dengan membaca ayat Weda, menafsirkan Upanisyad, berkotbah dalam bahasa
Benggala dan menyanyikan lagu-lagu Hindu yang diiringi musik. Beberapa inti
ajaran dari gerakan ini adalah sebagai berikut.
Bahwa Weda merupakan satu-satunya kitab suci
sebagai dasar iman.
Tuhan adalah Zat yang berpribadi dan tidak
pernah meniti, Maha Mendengar dan mengabulkan doa.
Menyembah Tuhan harus dilakukan secara rohani.
Jalan kelepasan untuk memperoleh keselamatan
dilakukan dengan cara tobat serta menghentikan perbuatan dosa.
Sebagai gerakan Hinduisme yang moderat, Brahma Samaj
banyak dianut oleh masyarakat India, dimana kegiatannya diperluas sampai ke
bidang sosial kemasyarakatan. Dari gerakan ini, lahir aliran Arya Samaj yang
dipimpin oleh Swami Dayanad Saraswati dan Ram Krisna Mission yang dipimpin oleh
Sri Rama Krisna.
Selain kitab Weda, Hinduisme juga sangat menghargai
hasil kesusasteraan yang termaktub dalam kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana
keduanya mengungkapkan perihal nilai perjuangan menegakkan kebenaran. Ramayana
adalah hasil karya Walmiki yang mengemukakan peranan Rama dan Sinta dalam
menghadapi keangkaramurkaan Rahwana; sedangkan Mahabarata hasil tulisan Wiyasa
menampilkan peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa.
0 komentar: