Makalah Komunikasi Organisasi (LAPORAN)
- Latar belakang
Dalam dunia organisasi tidak selamanya organisasi tersebut berjalan
lancar, namun terkadang juga terdapat beberapa kendala maupun masalah yang bisa
disebut dengan konflik. Dari konflik tersebut, maka dapat menimbulkan sebuah
kondisi yang dinamakan stres. Banyak sekali hal yang dapat menyebabkan
terjadinya stres, sehingga anggota suatu organisasi kerap mengalami masalah
stres tersebut, memang benar tidak selamanya stres itu bersifat negatif, tapi
stres sebenarnya juga bersifat positif. Hal tersebut yang nantinya akan di
bahas lebih lanjut dalam pemaparan selanjutnya.
Konflik memang sudah menjadi suatu bagian yang tak terpisahkan dalam
suatu organisasi. Konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi memang tidak
selalu dalam hal-hal yang besar saja, terkadang hal sepele bisa menjadi
penyebab merenggangnya organisasi itu sendiri. Misalnya, saat ada sang ketua
bertemu dengan anggotanya, tapi tidak ada tegur sapa diantara keduanya, hal ini
menyebabkan perselisihan diantara keduanya dan menimbulkan terjadinya konflik
yang bisa meluas dan bertambah parah.
Konflik dan stres yang ada didalam suatu organisasi, bukan hanya sekedar
dihadapi ataupun dibiarkan, namun hendaknya dicari solusinya agar bisa
mengembalikan pada kondisi semula, atau setidaknya bisa menjadi lebih baik
lagi. Dalam beberapa organisasi yang penulis ikuti, masih banyak yang belum
mengetahui sepenuhnya apa itu konflik dan bagaimana pemecahan masalah konflik
tersebut. Hal ini yang membuat terkadang organisasi tersebut jadi melambat
kinerjanya atau bahkan hingga mandeg.
Nah, dari pentingnya mengetahui konflik, stres dan cara penanganannya
dengan memberikan solusi-solusi inilah yang setidaknya mampu untuk membantu
suatu organisasi agar tetap harmonis dan terhindar dari adanya perpecahan.
Organisasi yang akan penulis bahas dalam tulisan ini adalah sebuah
organisasi umum, yakni Forum Duta Mahasiswa DIY. Forum yang beranggotakan
finalis dan pemenang dalam Ajang Pemilihan Duta Mahasiswa DIY ini bergabung
dalam organisasi ini, dimana nantinya menjadi wadah untuk melaksanakan progam
kerja sesuai yang telah rencanakan ketika sedang dalam masa pemilihan tersebut.
Organisasi yang bergerak dibidang sosialisasi dan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja ini mempunyai sebuah struktur organisasi yang cukup lengkap,
dan mempunyai anggota yang jumlahnya juga lumayan banyak. Namun, sering sekali
terjadi konflik dalam beberapa pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan.
- Kerangka Teori
Sebelum membahas lebih jauh lagi terhadap pembahasan ini, perlu diketahui
terlebih dahulu pengertian dan definisi apa itu konflik dan sebagainya.
Ada beberapa pendapat oleh para ahli tentang konflik dan stress berikut
adalah beberapa ahli yang telah mendefinisikan apa itu konflik dan stres.
- Menurut
Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau
lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
- Konflik
merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,
kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,
pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang
diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
- Menurut
Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap
tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam
organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut bisa dipahami jika konflik
memang sudah menjadi hal yang lumrah dalam suatu organisasi. Secara garis besar
Konflik adalah suatu masalah yang terjadi dan memerlukan adanya tindakan untuk
memecahkannya. Konflik juga bisa diartikan sebagai bumbu penyedap dalam suatu
organisasi, karena dengan adanya konflik, hal tersebut bisa membuat organisasi
tersebut lebih solid dan teruji jika sudah dapat menyelesaikan konflik
tersebut.
Adapun beberapa faktor penyebab konflik dalam suatu organisasi,
diantaranya :
- Komunikasi
(biasanya terjadi akibat adanya mis communication antara anggota ataupun
pengurus dalam suatu organisasi)
- Struktur
(terjadi jika dalam organisasi terdapat perebutan kekuasaan antar anggota
organisasi)
- Pribadi
(inilah mungkin yang paling sering terjadi dalam suatu organisasi, yakni
perbedaan pendapat. Karena sejatinya manusia memang mempunyai pemikirannya
sendiri-sendiri, sehingga sangat memungkinkan terjadinya perbedaaan
pendapat yang memicu adanya konflik dalam organisasi)
Dari berbagai jenis konflik ini dapat menimbulkan stres, stres merupakan
keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman secara psikologis, Stres merupakan
akibat dari konflik. Dikatakan demikian, karena semua merasakan
tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan, dan ketegangan-ketegangan yang nampak
datang beriringan dengan pekerjaan kita.
Stres mempunyai beberapa faktor penyebab, diantaranya :
- Pekerjaan
(sesuai kadarnya, apakah dia mampu melaksanakannya atau tidak)
- Kepribadian
(perbedaan karakter antar individu)
- Perubahan
(kebiasaan yang berubah)
Sedangkan pengertian stres menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
- Stres
berkaitan dengan pekerjaan secara ajeg menunjukkan bahwa stres menimbulkan
pengaruh yang merusak dan berbahaya bagi kesehatan jasmani dan rohani
pekerja (Ray 1991)
- Stres
okupasional berkaitan dengan jangka pendek seperti kecemasan kerja,
ketegangan kerja dan kepuasan kerja dan efek jangka panjang seperti
depresi, borok, penyakit kardiovaskular dan kematian.(Heaney & Van Ryn
1990)
- Stres
adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu
dihadapkan pada situasi internal dan eksternal Lazarus (1976)
Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya sangat
sering terjadi. Hal ini lah yang perlu dihindari agar kinerja anggota sebuah
organisasi tidak terganggu. Semua bisa di atasi asalkan dapat mengindikasikan
masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang mendapatkan tekanan
diluar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami stres pula
yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak.
Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational
Behavior (Robbin), dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala
Fisiologis, Psikologis, dan Perilaku, sebagai berikut :
- Gejala
Fisiologis, gejalanya meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan
sakit jantung.
- Gejala
Psikologis, gejalanya meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat
kepuasan kerja.
- Gejala
Perilaku, gejalanya meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan
perputaran karyawan.
Kemudian, dari konflik dan stres yang ada membutuhkan sebuah pemecahan
permasalahan dengan cara pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang
pemimpin. Pengambilan keputusan adalah menetukan suatu jalan keluar dengan
berkomunikasi secara bersama-sama. Dalam pengambilan sebuah keputusan bersama
pemimpin harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
- Jumlah
waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan.
- Tingkat
pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok.
- Kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh pemimpin dan mengelola kegiatan pengambilan keputusan
tersebut.
Jadi, seorang pemimpin harus mampu membuat sebuah keputusan yang benar
dan tepat sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh
organisasi tersebut. Karena pemimpinlah yang mempunyai tanggung jawab penuh
akan hal tersebut.
- Analisis data
Dalam organisasi Forum Duta Mahasiswa DIY, beberapa kali mengadakan kegiatan,
mulai dari menyelenggarakan seminar, pelatihan dll. Nah, disetiap pelaksanaan
kegiatan tersebut, maka sebelumnya diadakan pembentukan susunan kepanitiaan
acara tersebut. Namun yang terjadi adalah meski masih dalam tahap pembentukan
panitia saja, gejala-gejala konflik sudah mulai nampak.
Konflik yang pertama kali terjadi adalah saat penunjukan susunan panitia,
ada beberapa orang yang merasa tidak cocok atau mungkin enggan dalam menerima
bagian tersebut, ini yang menjadikan beberapa perdebatan dan terkadang membuat
suasan dalam forum tersebut agak kurang kondusif. Terlebih lagi dari segi
jumlah pengurus yang relatif terbatas, ini semakin membuat runyam permasalahan
tersebut, saat jumlah orang yang ada sedikit dan setiap seksi dalam acara
tersebut membutuhkan seorang koordinator atau penanggungjawab. Sebenarnya saat
jumlah orang yang ada dan jumlah pos yang perlu diisi itu memang tidak terpaut
jauh, namun seperti yang dikatakan diawal jika ada beberapa yang enggan masuk
kedalam kepanitiaan. Contohnya, si A yang terlihat mampu untuk mengurusi soal
konsumsi ternyata menolak dan tidak mau untuk menerima peran tersebut. Saat
dikembalikan ke forum dan ditanyakan siapa yang mau dan sanggup menjadi seksi
konsumsi, jawabannya adalah nihil. Karena sebagian besar dari anggota tidak
pernah menjadi koordinator bagian tersebut.
Ini terjadi karena sesuai dengan faktor-faktor penyebab konflik yang
salah satunya adalah pribadi, yakni inilah penyebab perbedaan pendapat, karena
berbeda individu berbeda pula pemikiran dan pandangannya. Jika si A itu
berpikiran jika dia tidak siap untuk menjadi koordinator konsumsi, berbeda
halnya dengan pandangan dari ketua sidang yang berpikir jika sesungguhnya si A
ini memang layak dan mampu untuk memegang jabatan tersebut.
Contoh kasus diatas sebenarnya hanya sebagian kecil dari berbagai
permasalahan yang muncul hingga menyebabkan timbulnya konflik. Masih banyak
lagi permasalahan yang timbul, apalagi setelah rapat pembentukan panitia usai,
dan semua anggota telah mendapatkan kewajiban dan tugasnya masing-masing maka
dilanjutkan dengan bekerja sesuai dengan tugas mereka. Dalam persiapan sebelum
acara hari H, sebagian panitia memang dibuat sibuk oleh tugas itu, dan itulah
yang akhirnya memunculkan konflik-konflik baru dan juga stres yang menghinggapi
sebagian besar panitia.
Salah satu penyebab konflik yang paling sering adalah dari segi
komunikasi, miskomunikasi memang sering sekali terjadi dalam kepanitiaan ini.
contohnya saja, saat ketua panitia berpikir jika sejumlah anggaran itu adalah
untuk membeli kaos bagi para panitia, dan panitia tidak perlu membayar untuk
itu, ternyata tidak sama dengan apa yang dilaksanakan oleh sang bendahara,
ternyata anggaran yang ada itu untuk kebutuhan yang lain, sehingga panitia
tetap harus membayar untuk kaos acara tersebut. Hal inilah yang sempat
menimbulkan konflik yang cukup panas. Hingga akhirnya dibutuhkan sebuah
penanganan permasalah dan penyelesaian konflik.
Dari berbagai konflik yang ada tersebut, menimbulkan stres bagi para
anggota panitia. Selain karena adanya faktor konflik yang terjadi diatas, namun
juga karena faktor pekerjaan (kadar kemampuan bekerja). Seperti contoh diatas
(si A yang tidak mau jadi seksi konsumsi) akhirnya dalam persiapan dan pelaksanaan
acara tersebut kinerjanya menjadi kurang maksimal, ini disebabkan karena stres
yang menghinggapi diri dari si A tersebut. Si A berpikir jika apa yang dia
lakukan tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan sehingga dia merasa tidak
nyaman dan merasa canggung dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
Dari berbagai permasalah diatas yang menimbulkan konflik dan stres yang
dialami oleh panitia, membutuhkan sebuah penanganan yang disebut dengan pengambilan
keputusan agar dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan tersebut. Nah
dalam hal ini sang ketua panitia akhirnya memberikan beberapa keputusan, yang
tentu saja dalam memutuskannya dilakukan pertimbangan-pertimbangan bersama
anggota yang lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan pertama yakni pemilihan siapa yang akan menjadi
koordinator seksi konsumsi, akhirnya sang ketua panitia mengambil keputusan
yang didapat setelah berdiskusi dengan anggota yang lainnya, yakni dengan
memberikan tawaran-tawaran solusi untuk pemecahan masalah dengan jalan yang
terbaik. Dari sekian banyak solusi yang ditawarkan, akhirnya diambil sebuah
keputusan yakni tetap memilih si A sebagai koordinator seksi konsumsi, namun
dalam pelaksanaan dan persiapannya nanti akan dikerjakan bersama-sama dan
dibantu oleh panitia yang lainnya. Sedangkan untuk permasalahan kedua, yakni
adanya miskomunikasi yang terjadi antar panitia itu akhirnya bisa diselesaikan
dengan cara diadakan pembicaraan yang baik antara sang ketua dengan bendahara. Dengan
melalui pembicaraan yang hangat, akhirnya sampai juga kedalam sebuah keputusan
bersama, yakni jika akhirnya panitia tetap membayar kaos demi mengehemat dan
mengusahakan pengeluaran anggaran yang besar, dikarenakan pihak sponsor yang
tidak tentu akan cair dana sponsorshipnya.
Akhirnya semua konflik dan stres yang terjadi dapat diselesaikan dengan
cara pengambilan keputusan yang tepat dan cermat dari sang pemimpin. Sebenarnya
masih banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam persiapan maupun saat hari
berlangsungnya acara, namun apapun masalahnya itu, jika dikomunikasikan dengan
baik, maka konflik dan stres itu bisa diatasi dengan baik pula.
- Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan ini adalah jika suatu
organisasi, seperti yang sudah dipaparkan diatas yakni jika suatu organisasi
tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya konflik dan stres. Dua hal tersebut
akan selalu hadir kapan saja dalam suatu organisasi, dan tak akan ada yang bisa
mengelak ataupun menghindarinya. Maka dari itu sebuah organisasi hendaknya
mampu mengetahui dan mengidentifikasi ketika suatu saat konflik dan stres itu
datang, sehingga ketua dapat memberikan beberapa solusi untuk pemecahan
masalahnya dengan mengeluarkan keputusan yang benar dan tepat.
Konflik maupun stres yang hadir dalam organisasi, hendaknya juga
dijadikan sebagai alat pembelajaran. Maksudnya adalah jika suatu saat nanti
sebisa mungkin dihindari hal yang sama, agar istilahnya “tidak jatuh dilubang
yang sama”.
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah, jika seorang pemimpin mampu
untuk berpikir dan menganalisis tentang apa yang menjadi tanggung jawabnya
dalam rangka pemecahan masalah tersebut, dan juga untuk mengeluarkan keputusan
yang tepat.
0 komentar: