Thursday, January 2, 2014

Tugas Laporan Diary Dakwah

Meski Sepele, Sampaikanlah! Itu Dakwah!
           
            Dalam mengerjakan tugas mata kuliah fiqih dakwah ini sebenarnya agak bingung dalam mengerjakannya, karena mahasiswa dituntut untuk menulis sebuah tulisan tentang kegiatan dakwahnya dalam beberapa waktu tertentu, tulisan itu bisa juga dikatakan sebagai diari dakwah. Begitulah yang disampaikan oleh Ibu Anisah Indriyati.
            Kenapa penulis bingung dalam mengerjakannya? Karena bagi penulis melaksanakan dakwah itu suatu beban tersendiri, penulis beranggapan jika dirinyalah yang pantas didakwahi dan belum layak untuk berdakwah. Namun dengan mengikuti perkuliahan fiqih dakwah pada semester ini membuat penulis sadar jika ternyata, kita tak butuh untuk menjadi sempurna kalau ingin berdakwah. Karena, jika menunggu ingin sempurna untuk berdakwah maka kita tak akan pernah melakukannya, sebab sempurna tidak mungkin dicapai oleh manusia biasa seperti penulis, hanya Rasul lah manusia paling sempurna dimuka bumi ini.
            Maka dari itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita bisa berdakwah, meskipun dari hal-hal yang sederhana (sepele). Karena sesuai dengan perintah Allah, yang mewajibkan berdakwah bagi seluruh muslim yang ada didunia ini. berdakwah memanglah bukan hal yang mudah, namun bukan juga hal yang teramat sulit untuk dijalankan. Apalagi untuk hal-hal sederhana disekitar kita yang dapat kita lakukan. Seperti kisah yang akan penulis ceritakan dibawah ini.
            Dulu saat masih hidup bersama orang tua, saat masih sekolah penulis belum terlalu “peduli” dengan hal yang berkaitan dengan dakwah. Selain karena belum mengerti dengan baik tentang dakwah itu sendiri, juga karena pemahaman yang ada tentang dakwah hanya sebatas “pengajian diatas mimbar” saja. Namun, setelah penulis tinggal berjauhan dengan orang tua dan hidup ngekos membuat banyak pengalaman baru yang pastinya sangat berkesan bagi penulis itu sendiri. Salah satunya adalah saat dirumah, penulis adalah orang yang sangat kerap diingatkan untuk menjalankan sholat, karena jujur saja, penulis dulu adalah orang yang suka menunda sholat, dan kadang menunggu hingga akhir waktu sholat tersebut. Tapi, saat hidup didunia yang baru, hal itu tak lagi terjadi. Ternyata dikos ini malah penulis menjadi orang yang cukup mendingan diantara yang lainnya. Dan malah penulis yang kerap mengingatkan teman kamar untuk melaksanakan sholat ketika waktunya sudah masuk waktu solat.
            Selain mengingatkan tentang solat, adakalanya penulis mengajak juga hal-hal sepele lainnya. Teman kos penulis sebut saja namanya Hari. Hari adalah seorang mahasiswa universitas swasta terkemuka yang ada di Yogyakarta, menuntut ilmu dikampus yang tidak berbasis keagamaan (umum) menjadikan pengetahuannya soal agama memang cukup minim, terlebih lagi saat memang dari kecil diketahui jika pendidikannya soal keagamaan terlihat minim, ini terlihat dari riwayat pendidikannya yang dari kecil hingga saat ini selalu masuk ke institusi pendidikan yang bersifat umum. Nah, dari sini ini memang menjadi peluang bagi penulis, karena penulis yang dulunya pernah bersekolah di Mts dan SMK yang berbasis islam, apalagi saat ini menuntut ilmu di Universitas Islam, tentu saja mempunyai pengetahuan tentang islam yang sedikit lebih banyak dari pada Hari. Maka bagi penulis itulah sebuah celah, untuk sedikit berbagi pengetahuan keislamannya dengan Hari.
            Memang tidak banyak hal yang penulis ketahui, namun sekali lagi kita bisa memulai berdakwah dengan hal-hal yang sederhana dan sepele. Dan tak perlu menjadi seorang Da’i besar untuk berdakwah. Salah satunya adalah saat waktu solat sudah mau habis (selesai) dan penulis tau kalau Hari belum solat, maka bukan bermaksud sok alim atau sok pintar, penulis berusaha untuk mengingatkan Hari untuk solat terlebih dahulu, tentunya dengan nada santai cenderung bercanda. Yakni, “eh Har, kamu udah solat belom? Waktunya udah mau abis loh?”. Dengan enteng terkadang Hari menjawab, “santai aja bro”, tapi terkadang dia juga langsung berkata “oh iya ya”, sembari beranjak mengambil air wudhu dan melaksanakan solat. Dari situ saja, penulis sedikit berkesimpulan jika iman itu memang bertambah dan berkurang, sesuai hadis nabi SAW yang artinya “jika iman seseorang itu bisa bertambah dan berkurang”.
            Untuk permasalah solat, memang sebenarnya merupakan hal mudah. Akan tetapi hal yang membuat sedikit susah adalah rasa canggung dan rasa tidak enak terhadap teman itu karena nantinya takut dikira sebagai orang yang sok alim ataupun sok pintar seperti itu. Tapi sesungguhnya semua ini adalah untuk kebaikannya sendiri, hanya saja mungkin dia belum paham dengan baik apa yang memang menjadi kewajibannya.
            Lanjut ke kasus yang selanjutnya, yakni saat memasuki bulan ramadan, inilah momen yang sangat tepat untuk berbagi ilmu dan pengetahuan keislaman bersama Hari. Awalnya penulis sedikit kawatir, apakah Hari mau melaksanakan ibadah puasa atau tidak, untungnya ternyata Hari sudah sadar akan kewajiban untuk berpuasa dibulan ramadan ini. bagi penulis ini merupakan hal yang sangat positif.
            Namun, tentu saja penulis tidak hanya diam ketika itu semua sudah terjadi. Masih banyak lagi yang perlu disampaikan dan disharingkan bersama Hari. Misalnya saja saat menjelang berbuka puasa, awal-awalnya Hari suka untuk langsung pergi kerumah makan untuk berbuka dan yang ironis terkadang dia sampai ketinggalan solat magrib karena keasyikan makan dirumah makan tersebut (nongkrong). Akhirnya penulis mencoba untuk mengajaknya ngabuburit (waktu menunggu berbuka saat magrib) di sebuah masjid. Karena selain ada sedikit ceramah dan diskusi bersama seorang ustadz, tentu saja ada hal yang sangat menarik dimasjid tersebut, apalagi kalau bukan dengan hadirnya takjil dan makanan gratis dari pihak takmir masjid daerah kosan kami tinggal tersebut. Awalnya Hari sempat menolak karena dia merasa malu dan minder jika disuruh untuk menghadiri acara tersebut, tapi penulis tak menyerah begitu saja. Masih banyak cara untuk mengajaknya keacara tersebut. Salah yang paling ampuh dan sukses adalah dengan mengiming-imingi dengan adanya makanan gratis yang ditawarkan oleh pihak takmir masjid, karena memang sudah menjadi rahasia umum adalah jika anak kos itu suka dengan yang berbau gratis seperti itu, awal-awalnya dia memang selalu menolak, tapi penulis tidak putus asa, dengan beralasan minta ditemenin karena penulis juga ga berani jika berangkat sendirian akhirnya Hari mau berangkat kemasjid menemaniku. Ini memang bukanlah hal besar, namun menurut penulis ini merupakan sebuah hal yang positif, karena kita mampu mengajak seseorang untuk berbuat kebaikan. InsyaAllah kita juga mendapat pahala dari hal yang positif tersebut.

            Tidak berhenti sampai disitu saja, penulis juga berusaha mengajak ke hal-hal kebaikan yang lainnya. Masih dalam rangka bulan ramadan, penulis juga sering mengajak untuk solat trawih berjamaah di masjid. Hari memang sudah mau untuk menjalankan solat tarawih, namun itu tidak berarti untuk menjalankannya setiap hari, hanya disaat dia benar-benar ingin, maka dia lakukan, tapi saat malas tentu sajalah dia tidak akan melaksanakannya. Memang penulis juga sadar, jika melaksanakan solat tarawih secara konsisten memang susah, apalagi saat seharian sudah melakukan banyak aktifitas dan badan terasa lelah sehingga males untuk pergi kemasjid solat tarawih. Namun, saat sedang semangat untuk pergi kemasjid, tak lupa penulis juga mengajak Hari, agar sekalian dia juga solat trawih berjamaah dimasjid. Kadang saja dia mau, kadang juga tidak mau. Biasalah namanya juga manusia, begitulah pikiran penulis.

0 komentar: