Tugas Laporan Diary Dakwah
Meski
Sepele, Sampaikanlah! Itu Dakwah!
Dalam
mengerjakan tugas mata kuliah fiqih dakwah ini sebenarnya agak bingung dalam
mengerjakannya, karena mahasiswa dituntut untuk menulis sebuah tulisan tentang
kegiatan dakwahnya dalam beberapa waktu tertentu, tulisan itu bisa juga
dikatakan sebagai diari dakwah. Begitulah yang disampaikan oleh Ibu Anisah
Indriyati.
Kenapa
penulis bingung dalam mengerjakannya? Karena bagi penulis melaksanakan dakwah
itu suatu beban tersendiri, penulis beranggapan jika dirinyalah yang pantas
didakwahi dan belum layak untuk berdakwah. Namun dengan mengikuti perkuliahan
fiqih dakwah pada semester ini membuat penulis sadar jika ternyata, kita tak
butuh untuk menjadi sempurna kalau ingin berdakwah. Karena, jika menunggu ingin
sempurna untuk berdakwah maka kita tak akan pernah melakukannya, sebab sempurna
tidak mungkin dicapai oleh manusia biasa seperti penulis, hanya Rasul lah
manusia paling sempurna dimuka bumi ini.
Maka
dari itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita bisa berdakwah, meskipun dari
hal-hal yang sederhana (sepele). Karena sesuai dengan perintah Allah, yang
mewajibkan berdakwah bagi seluruh muslim yang ada didunia ini. berdakwah
memanglah bukan hal yang mudah, namun bukan juga hal yang teramat sulit untuk
dijalankan. Apalagi untuk hal-hal sederhana disekitar kita yang dapat kita
lakukan. Seperti kisah yang akan penulis ceritakan dibawah ini.
Dulu
saat masih hidup bersama orang tua, saat masih sekolah penulis belum terlalu “peduli”
dengan hal yang berkaitan dengan dakwah. Selain karena belum mengerti dengan
baik tentang dakwah itu sendiri, juga karena pemahaman yang ada tentang dakwah
hanya sebatas “pengajian diatas mimbar” saja. Namun, setelah penulis tinggal
berjauhan dengan orang tua dan hidup ngekos membuat banyak pengalaman baru yang
pastinya sangat berkesan bagi penulis itu sendiri. Salah satunya adalah saat
dirumah, penulis adalah orang yang sangat kerap diingatkan untuk menjalankan
sholat, karena jujur saja, penulis dulu adalah orang yang suka menunda sholat,
dan kadang menunggu hingga akhir waktu sholat tersebut. Tapi, saat hidup
didunia yang baru, hal itu tak lagi terjadi. Ternyata dikos ini malah penulis
menjadi orang yang cukup mendingan diantara yang lainnya. Dan malah penulis
yang kerap mengingatkan teman kamar untuk melaksanakan sholat ketika waktunya
sudah masuk waktu solat.
Selain
mengingatkan tentang solat, adakalanya penulis mengajak juga hal-hal sepele
lainnya. Teman kos penulis sebut saja namanya Hari. Hari adalah seorang
mahasiswa universitas swasta terkemuka yang ada di Yogyakarta, menuntut ilmu
dikampus yang tidak berbasis keagamaan (umum) menjadikan pengetahuannya soal
agama memang cukup minim, terlebih lagi saat memang dari kecil diketahui jika
pendidikannya soal keagamaan terlihat minim, ini terlihat dari riwayat
pendidikannya yang dari kecil hingga saat ini selalu masuk ke institusi
pendidikan yang bersifat umum. Nah, dari sini ini memang menjadi peluang bagi
penulis, karena penulis yang dulunya pernah bersekolah di Mts dan SMK yang
berbasis islam, apalagi saat ini menuntut ilmu di Universitas Islam, tentu saja
mempunyai pengetahuan tentang islam yang sedikit lebih banyak dari pada Hari.
Maka bagi penulis itulah sebuah celah, untuk sedikit berbagi pengetahuan
keislamannya dengan Hari.
Memang
tidak banyak hal yang penulis ketahui, namun sekali lagi kita bisa memulai
berdakwah dengan hal-hal yang sederhana dan sepele. Dan tak perlu menjadi
seorang Da’i besar untuk berdakwah. Salah satunya adalah saat waktu solat sudah
mau habis (selesai) dan penulis tau kalau Hari belum solat, maka bukan
bermaksud sok alim atau sok pintar, penulis berusaha untuk mengingatkan Hari
untuk solat terlebih dahulu, tentunya dengan nada santai cenderung bercanda.
Yakni, “eh Har, kamu udah solat belom? Waktunya udah mau abis loh?”. Dengan
enteng terkadang Hari menjawab, “santai aja bro”, tapi terkadang dia juga
langsung berkata “oh iya ya”, sembari beranjak mengambil air wudhu dan
melaksanakan solat. Dari situ saja, penulis sedikit berkesimpulan jika iman itu
memang bertambah dan berkurang, sesuai hadis nabi SAW yang artinya “jika iman
seseorang itu bisa bertambah dan berkurang”.
Untuk
permasalah solat, memang sebenarnya merupakan hal mudah. Akan tetapi hal yang
membuat sedikit susah adalah rasa canggung dan rasa tidak enak terhadap teman
itu karena nantinya takut dikira sebagai orang yang sok alim ataupun sok pintar
seperti itu. Tapi sesungguhnya semua ini adalah untuk kebaikannya sendiri,
hanya saja mungkin dia belum paham dengan baik apa yang memang menjadi
kewajibannya.
Lanjut
ke kasus yang selanjutnya, yakni saat memasuki bulan ramadan, inilah momen yang
sangat tepat untuk berbagi ilmu dan pengetahuan keislaman bersama Hari. Awalnya
penulis sedikit kawatir, apakah Hari mau melaksanakan ibadah puasa atau tidak,
untungnya ternyata Hari sudah sadar akan kewajiban untuk berpuasa dibulan
ramadan ini. bagi penulis ini merupakan hal yang sangat positif.
Namun,
tentu saja penulis tidak hanya diam ketika itu semua sudah terjadi. Masih
banyak lagi yang perlu disampaikan dan disharingkan bersama Hari. Misalnya saja
saat menjelang berbuka puasa, awal-awalnya Hari suka untuk langsung pergi
kerumah makan untuk berbuka dan yang ironis terkadang dia sampai ketinggalan
solat magrib karena keasyikan makan dirumah makan tersebut (nongkrong).
Akhirnya penulis mencoba untuk mengajaknya ngabuburit (waktu menunggu berbuka
saat magrib) di sebuah masjid. Karena selain ada sedikit ceramah dan diskusi
bersama seorang ustadz, tentu saja ada hal yang sangat menarik dimasjid
tersebut, apalagi kalau bukan dengan hadirnya takjil dan makanan gratis dari
pihak takmir masjid daerah kosan kami tinggal tersebut. Awalnya Hari sempat
menolak karena dia merasa malu dan minder jika disuruh untuk menghadiri acara
tersebut, tapi penulis tak menyerah begitu saja. Masih banyak cara untuk
mengajaknya keacara tersebut. Salah yang paling ampuh dan sukses adalah dengan
mengiming-imingi dengan adanya makanan gratis yang ditawarkan oleh pihak takmir
masjid, karena memang sudah menjadi rahasia umum adalah jika anak kos itu suka
dengan yang berbau gratis seperti itu, awal-awalnya dia memang selalu menolak,
tapi penulis tidak putus asa, dengan beralasan minta ditemenin karena penulis
juga ga berani jika berangkat sendirian akhirnya Hari mau berangkat kemasjid
menemaniku. Ini memang bukanlah hal besar, namun menurut penulis ini merupakan
sebuah hal yang positif, karena kita mampu mengajak seseorang untuk berbuat
kebaikan. InsyaAllah kita juga mendapat pahala dari hal yang positif tersebut.
Tidak
berhenti sampai disitu saja, penulis juga berusaha mengajak ke hal-hal kebaikan
yang lainnya. Masih dalam rangka bulan ramadan, penulis juga sering mengajak
untuk solat trawih berjamaah di masjid. Hari memang sudah mau untuk menjalankan
solat tarawih, namun itu tidak berarti untuk menjalankannya setiap hari, hanya
disaat dia benar-benar ingin, maka dia lakukan, tapi saat malas tentu sajalah
dia tidak akan melaksanakannya. Memang penulis juga sadar, jika melaksanakan
solat tarawih secara konsisten memang susah, apalagi saat seharian sudah
melakukan banyak aktifitas dan badan terasa lelah sehingga males untuk pergi
kemasjid solat tarawih. Namun, saat sedang semangat untuk pergi kemasjid, tak
lupa penulis juga mengajak Hari, agar sekalian dia juga solat trawih berjamaah
dimasjid. Kadang saja dia mau, kadang juga tidak mau. Biasalah namanya juga
manusia, begitulah pikiran penulis.
0 komentar: