Makalah Bahasa Indonesia tentang Atribut Kampanye
ATRIBUT KAMPANYE PARTAI POLITIK
DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 : ANALISIS SEMIOTIKA
Asyhari
amri
NIM : 12210084
Email : asyhari.amri@gmail.com
Abstrak
Masa kampanye pemilu 2014 banyak
dipenuhi dengan berbagai macam atribut kampanye partai yang dibuat sedemikian
rupa, guna bisa menarik simpati masyarakat agar kelak bisa dipilih. Banyak
caleg yang menggunakan berbagai atribut untuk mengkampanyekan dirinya sendiri,
menggunakan berbagai macam media kampanye, namun yang menjadi fokus penulis
adalah baliho dan spanduk yang dipasang di jalan-jalan. Terlihat dalam spanduk
maupun baliho tersebut memajang foto sang caleg yang menggunakan berbagai macam
jenis pakaian, seperti jas, peci, baju koko dan semacamnya. Inilah yang membuat
penulis tertarik untuk membahasnya, yakni ada hubungan apakah antara caleg yang
memakai baju tertentu, dengan sikap masyarakat terkait pilihan mereka dalam
pemilu 2014.
Hubungan antara pakaian yang
dikenakan caleg dalam spanduk dengan pola pikir masyarakat, penulis berpendapat
bahwa hal tersebut erat kaitannya, karena masyarakat menilai jika ada seorang
caleg yang mengenakan pakaian rapi, dengan jas dan dasi, maka masyarakat akan
menilai caleg tersebut adalah orang yang eksekutif maupun orang yang akademis.
Sedangkan, jika ada caleg yang mengenakan sarung, maupun baju koko dan peci,
maka persepsi yang terbangun dalam masyarakat adalah caleg itu akan terkesan
agamis. Dari situlah, pembahasan lebih lanjut akan memaparkan perihal analisis
semiotika pada atribut kampanye terhadap persepsi masyarakat.
Kata kunci : atribut kampanye, caleg, analisis
semiotika, pemilu 2014.
Latar belakang
Dalam
sebuah pemilu, kampanye merupakan hal yang sangat penting bagi para calon
legislatif maupun partainya untuk menunjukkan dan mengenalkan profil mereka kepada
masyarakat. Seiring perjalannya, kampanye partai politik menggunakan berbagai
macam media kampanye, mulai dari media elektronik maupun cetak, media
elektronik yang digunakan adalah seperti iklan dalam televisi maupun diradio,
sedangkan media cetak biasanya sebuah partai menggunakan hal-hal seperti
poster, baliho, spanduk, banner dan sebagainya. Media cetak yang digunakan
dalam kampanye juga mempunyai berbagai macam varian yang bisa dimanfaatkan oleh
para caleg maupun partai, tapi yang menjadi fokus penulis saat ini adalah
penggunaan alat kampanye caleg berupa spanduk maupun baliho yang dipasang
dipinggir jalan.
Dalam spanduk kampanye tersebut,
didalamnya tidak hanya sekedar menuliskan dan menjelaskan visi misi dari caleg
saja, melainkan sudah pasti memasang foto sang empunya, yakni caleg tersebut.
Nah yang penulis ingin mengupasnya adalah tentang foto-foto yang terdapat dalam
baliho maupun sapnduk tersebut. Lihat saja, banyak dari para caleg menggunakan
berbagai macam jenis pakaian agar bisa merebut simpati masyarakat agar mampu
memilihnya dalam pemilu. Memang dalam sebuah foto, penampilan itu merupakan hal
yang penting, akan tetapi dalam kenyataannya banyak caleg yang memanfaatkan
pakaian untuk menarik minat masyarakat memilih mereka.
Ada caleg yang memakai baju
keagamaan seperti sarung, maupun kopiah yang menjadi ciri khas dari agama
islam. Pada hal sebenarnya sebetulnya caleg tersebut tidaklah seagamis yang
tergambar dan dijelaskan dalam spanduk tersebut. Hal tersebut jika kita mau
kaji menggunakan kajian semiotik, maka sebenarnya hal tersebut merupakan upaya
dari para caleg untuk menunjukkan tanda-tanda keagamaan dari mereka, melalui
foto yang dipajang dalam spanduk tersebut, agar masyarakat mempunyai persepsi
jika memang caleg tersebut adalah orang yang akademis. Hal ini bisa juga
disebut dengan caleg yang berjualan pakaian, bukan hanya sekedar memaparkan
visi misi yang benar-benar bagus agar masyarkat mampu tertarik pada mereka,
namun juga paraa caleg memanfaatkan tanda-tanda khusus yang bisa menarik masyarakat.
Simbol-simbol keagamaan yang mereka
bawa, sesungguhnya hal yang cukup efektif, terlebih lagi jika foto tersebut
diletakkan kedalam daerah yang benar-benar tradisi agamanya masih cukup kuat,
seperti di pedesaan maupun daerah sekitar pondok pesantren dan sebagainya.
Masyarakat menganggap jika orang yang ada dalam foto tersebut, yang mengenakan
baju muslim, kopiah, dan sarung, secara tidak sadar masyarakat akan langsung
berpikir jika orang tersebut adalah seorang yang agamis, maupun seorang santri
ataupun kyai. Dengan menjual simbol keagamaan tersebut, sebenarnya berupaya
untuk menguatkan persepsi masyarakat terhadap caleg tersebut. Masyarakat yang
masih percaya dan peduli akan keagamaan akan berpikir jika orang yang ada dalam
foto tersebut adalah seorang santri atau kyai, maka mereka akan memilihnya
dengan harapan tidak akan korupsi dan akan bertindak sebaik mungkin karena
mereka dianggap paham dengan agama.
Rumusan masalah
- Bagaimana
hubungan antara atribut kampanye partai politik dengan kesuksesan dalam
pemilu legislatif 2014?
0 komentar: