Tuesday, November 26, 2013

Penjelasan Ayat Q.S Al-Mujadilah : 12

Asyhari Amri (kelompok VII)

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) ãLäêøyf»tR tAqߧ9$# (#qãBÏds)sù tû÷üt/ ôytƒ óOä31uqøgwU Zps%y|¹ 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ö/ä3©9 ãygôÛr&ur 4 bÎ*sù óO©9 (#rßÅgrB ¨bÎ*sù ©!$# Öqàÿxî îLìÏm§ ÇÊËÈ  
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila kamu Mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Mujadilah : 12)
Substansinya :
·         Bila seseorang menghadap Rasulullah maka diharuskan bershadaqah kepada Beliau tetapi makna ayat ini telah dihapus, bahkan Rasulullah dan seluruh keturunannya haram menerima Shadaqah.
·         Pengabdian keagamaan tidak bisa dikonversi dengan kekayaan yang bersifat duniawi
Catatan :
Sementara pendapat yang tetap memberlakukan makna ayat tersebut (tidak dihapus), dengan pembelokan makna bahwa Shodakah itu bukan kepada Rasul tapi pada fakir miskin.
Keterangan :
            Pada zaman dahulu, saat akan mengunjungi Rasulullah untuk melakukan pembicaraan yang khusus, seseorang haruslah membawa sesuatu untuk diberikan kepada Rasul, atau dengan kata lain harus memberi sodaqoh kepada rasul. Namun hukum dalam ayat al Quran ini sudah dihapus oleh Allah. Karena bagaimanapun kita tahu jika seorang Rasul apakah cocok untuk menerima sebuah sodaqoh?
            Mungkin bisa saja kita katakan jika memberikan shodaqoh kepada nabi sebagai bentuk penghormatan, namun jika kita telisik lebih dalam apakah seorang yang sangat kita hormati dan sangat digungkan oleh semua umat manusia layak menerima sodaqoh? Tapi pada akhirnya hukum ini akhirnya dicabut. Penulis berpikir jika memang ingin berbicara secara khusus kepada Rasul, tidaklah harus membawa sodaqoh bagi beliau. Namun, bukan berarti jika kita tidak memberikan sodaqoh kepada rasul, kita tidak menghormati beliau. Itu salah besar, apalagi selain hukum ini akhirnya dicabut rasul juga pernah bersabda jika sesungguhnya Rasulullah dan seluruh keturunanya tidak boleh atau haram untuk mendapatkan shodaqoh.
            Kemudian setelah hukum ini dicabut, ada beberapa kalangan yang membelokkan maksud dari ayat ini. yakni jika sodaqoh diberikan kepada orang miskin, akan tetapi jika dilihat lagi, dalam ayat ini sudah jelas jika sodaqoh diberikan kepada rasul, bukanlah kepada faqir miskin. Tapi banyak juga beberapa mufasir yang menafsirkan jika sodaqoh itu harus diberikan kepada fakir miskin.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: "Sesungguhnya di dalam Al Quran terdapat satu ayat yang tiada seorang pun mengamalkannya sebelum dan sesudah aku. Yaitu (ayat yang berbunyi) "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian ingin mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasulullah, hendaklah kalian mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelumitu". Pada waktu aku hanya memiliki 1 Dinar. Karena aku ingin mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasulullah, lalu kusedekahkan uang tersebut. Kemudian ayat ini disusul oleh ayat lain yang berbunyi: “Apakah kalian takut (menjadi miskin) karena memberikan sedekah sebelum berbicara khusus (dengannya)? Jika kalian tidak melakukannya dan Allah (meskipun demikian) masih mengampuni kalian, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya”. (Al-Mujādalah:13).” Lalu beliau berkata: “Melalui perantarku Allah meringankan umat ini. Tidak ada seorang pun yang mengamlkan ayat ini sebelum dan sesudahku”.

Dan sesungguhnya dari ayat ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran, salah satunya adalah Pengabdian keagamaan tidak bisa dikonversi dengan kekayaan yang bersifat duniawi. Dalam ayat ini kita bisa mengetahui jika memang agama itu tidak bisa disamakan dengan barang yang bersifat duniawi. Manusia memang disuruh untuk tidak meninggalkan salah satunya, tapi manusia itu disuruh untuk fokus kepada keduanya, bukan salah satunya. Bahkan ada istilah “dunyone oleh, akhirate oleh”

0 komentar: