Sunday, January 6, 2013

Prinsip-prinsip Komunikasi


  1. Prinsip-prinsip Komunikasi
Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi. Menurut Prof. Deddy Mulyana terdapat 12 prinsip komunikasi, yakni :

1.    Komunikasi Adalah Proses Simbolik
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.[1] Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang janur kuning didepan rumah atau gedung pertemuan maka itu menunjukkan ada orang yang sedang berhajatan nikahan.
Lambang itu bervariasi dari suatu budaya kebudaya lain, dari suatu tempat ketempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Misalnya adalah untuk menyebut benda untuk minum orang di Indonesia menyebut gelas, orang Inggris menyebutnya glass, dan orang arab menyebutnya dengan kuubun.

2.    Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Tidak berarti bahwa setiap perilaku adalah komunikasi. Setiap perilaku manusia sebenarnya punya potensi untuk ditafsirkan. Seperti jika seseorang tersenyum maka bisa ditafsirkan dia bahagia atau senang, sedangkan jika dia cemberut maka bisa jadi dia sedang ngambek.

3.    Komunikasi Punya Dimensi Isi Dan Dimensi Hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan isi (muatan) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para pelaku komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “aku paham” yang diucapkan dengan nada rendah dan raut muka yang kebingungan maka mungkin artinya bisa sebaliknya.
Tidak semua orang menyadari bahwa pesan yang sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara yang berbeda. Pengaruh pesan juga akan berbeda bila disajikan dengan media yang berbeda. Cerita yang penuh kekerasan yang ditampilkan dalam acara tv akan mempunyai efek yang besar, seperti akan ditiru oleh anak-anak kecil, namun berbeda efeknya jika cerita yang sama disajikan dalam bentuk cerita dalam buku.

4.    Komunikasi Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak sengaja sama sekali (misalnya ketika anda sedang melamun da nada orang yang memperhatikan anda) hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika anda menyampaikan presentasi). Namun kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya berkomunikasi. Dalam berkomunikasi sehari-hari, terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Akan tetapi sebenarnya pesan nonverballah yang lebih banyak disampaikan tanpa disengaja. Perlu diketahui jika niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak seseorang untuk berkomunikasi. Banyak kesalahpahaman antar budaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak sengaja yang dipersepsi. Ditafsirkan dan direspons oleh orang dari budaya lain.

5.    Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang Dan Waktu
Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu dan sebagainya), waktu, sosial, dan psikologis. Seperti contoh, ketika ada seseorang bercanda gurau dalam rumah, pasar ataupun dikantor dipandang hal yang lumrah (boleh), namun lain cerita jika senda gurau itu dilakukan didalam masjid. Waktu, juga mempengaruhi makna suatu pesan. Misalnya dering telepon dimalam hari akan diartikan berbeda dengan dering sama yang berbunyi disiang hari. Begitu juga dengan ketika ada laki-laki yang mengunjungi teman perempuannya pada malam minggu akan dimaknai berbeda dengan ketika dia datang dimalam yang lain.

6.    Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Seseorang dapat memprediksikan perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Dia tidak dapat menyapa orangtuanya dengan sapaan “kamu” atau “elu”, kecuali bila dia bersedia menerima resikonya, misalnya akan dicap sebagai anak yang kurang ajar.

7.    Komunikasi Bersifat Sistemik
Setiap individu adalah suatu system yang hidup (a living system). Organ-organ dalam tubuh saling berhungan. Begitupula dengan komunikasi, setidaknya ada dua sistem dasar yaitu : Sistem Internal dan Sistem Eksternal.[2] Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam proses komunikasi. Berlainan dengan sistem internal, sistem eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang harus dipilih untuk berbicara (verbal), isyarat fisik (non-verbal), kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan.

8.    Semakin Mirip Latar Belakang Sosial-Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan orang yang sedang berkomunikasi. Kesamaan hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan, atau tingakat ekonomi akan mendorong orang untuk saling tertarik dan pada akhirnya karena kesamaan itulah komunikasi menjadi lebih efektif. Hal yang paling utama adalah bahasa, ketika dua orang sedang berkomunikasi menggunakan bahasa yang sama, ini akan memudahkan kedua orang tersebut untuk saling memahami, namun berbeda jika keduanya menggunakan dua bahasa yang berbeda, dimana satu sama lain tidak mengetahui bahasa orang yang sedang diajak berkomunikasi.

9.    Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Sebenarnya, komunikasi manusia dalam bentuk tatap muka berlangsung dua arah bukan satu arah (linier). Contohnya, ketika seseorang berbicara kepada seseorang lainnya dalam suatu rapat maupun kuliah dianggap si “pemberi pesan”, sedangkan para pendengar dianggap si “penerima pesan”, mungkin komunikasi tersebut hanya dianggap satu arah. Namun sesungguhnya telah terjadi proses komunikasi dua arah. Yakni ketika para pendengar menunjukkan perilaku nonverbalnya, semisal anggukan kepala, sebenarnya merekapun adalah “pemberi pesan”.

10.    Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, Dan Transaksional
Seperti waktu, komunikasi juga tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, melainkan suatu proses yang sinambung (continuous). Dalam kehidupan manusia, tidak pernah saat yang sama datang atau muncul dua kali. Begitu juga dengan komunikasi, komunikasi terjadi sekali waktu dan kemudian menjadi bagian dari sejarah. Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dan perilakunya). Implisit dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Kedua proses tersebut terlihat berbeda, tapi sebenarnya adalah terjadi serempak, bukan bergantian. Keserempakan inilah yang menjadi tanda jika komunikasi bersifat transaksi.

11.    Komunikasi Bersifat Irreversible
Suatu perilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena itu perilaku berlangsung dalam suatu waktu dan tidak dapat “diambil kembali”. Dalam komunikasi, sekali seseorang mengirimkan pesan, maka orang tersebut tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi penerimaa, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Ini sama seperti ketika menembakkan peluru dari pistolnya, maka susah atau bahkan mustahil untuk dapat menarik kembali peluru untuk masuk kedalam pistol tersebut.
Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Maka dari itu bagi para komunikator dituntut untuk bisa berhati-hati dalam mengucapkan atau mengatakan sesuatu, sebab, apa yang telah disampaikan tidak dapat “diambil ulang”, meskipun telah berusa keras untuk meralatnya. Missal, seseorang yang sengaja berbohong, sulit bagi orang lain untuk tidak menganggapnya pembohong meskipun sebenarnya apa yang dikatakan setelahnya tidak bohong lagi.

12.    Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukan panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan itu mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Agar komunikasi efektif, tentu saja masalah strukturalnya pun harus dibenahi. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan warga aceh dan papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakatnya diwilayah tersebut dengan tidak adil (merampas kekayaan alam dan membawanya kepusat).


[1] Prof. Deddy Mulyana.2012. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Hal 92
[2] Sereno dan Bodaken, hlm. 10-12

0 komentar: