LAPORAN ANALISA PROGRAM TELEVISI
Kabar Petang Tvone
Tentang Pemberitaan Mengenai Kenaikan BBM
Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Komunikasi Massa
Dosen pengampu: RISTIANA KADARSIH, S.Sos.,M.A
Disusun oleh:
Ubaidillah Fatawi (12210074)
Asyhari Amri (12210084)
Muhammad Rozakun
PROGRAM STUDI KOMUNIAKSI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH & KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
TAHUN 2012/2013
Kata Pengantar
Alhamdulillah
segala puji hanya untuk Allah, Tuhan Maha Kuasa, yang dengan kuasa-Nya penyusun
diberikan akal dan kesehatan untuk melakukan tugas observasi. Shalawat dan
salam semoga senantiasa mengalir untuk Rasul,
Nabi Muhammad SAW. Dari beliaulah timbul inspirasi-inspirasi dalam
perjalanan berfikir penulis.
Ditulisnya
makalah ini sebagai laporan atas analisa yang kami lakukan pada fenomena yang
terjadi di media massa. Kami menyadari apa yang kami hasilkan masih dari kata
sempurna, maka bimbingan dari Ibu Ristiana
Kadarsih, S.Sos.,M.A. sangatlah masih kami butuhkan.
Demikian
makalah ini disusun, kurang lebihnya mohon maaf dan terima kasih.
Yogyakarta, Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................. 4
B. Objek Analisa................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah............................................................................ 4
D. Tujuan Analisa................................................................................. 4
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Kajian Teori...................................................................................... 6
B. Analisa Program............................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan media masa saat ini sangatlah
pesat, arus komunikasi sangatlah cepat tidak terbatasi oleh ruang dan waktu.
Perkembangan media teknologi yang terus berkembang sehingga mendukung kemajuan
alat-alat komunikasi yang berjamuran dimasa sekarang. Televisi memang sudah
sangat melekat dikehidupan kita sehari-hari. Dari televisilah kita belajar
tentang kehidupan dan budaya. Ditambah lagi dengan kehadiran internet, internet
hadir di setiap genggaman kita. Informasi apapun bisa kita peroleh sesuai
dengan apa yang kita ketikkan di layar. Maka pengaruh media massa baik itu
internet maupun televisi sangatlah besar terhadap pemikiran, tingkah laku
bahkan budaya kita.
Kenaikan BBM yang tengah baru saja terjadi
masih saja meninggalkan jejak masalahnya. Baik dipihak masyarakat maupun media
itu sendiri. Dalam pemberitaan tentang kenaikan BBM, media mempunyai andil yang
sangat besar terhadap cara pandang masyarakat dalam menyikapi masalah ini. Hal
ini bukan barang baru lagi bagi dunia komunikasi massa, hal-hal yang menyangkut
fenomena BBM ini telah dirumuskan teorinya oleh para peneliti-peneliti
sebelumnya.
ah satu me
B. OBJEK ANALISA
Objek yang kami amati adalah media-media pemberitaan baik yang ada di
televisi maupun internet. Yaitu Kabar Petang TVone dan www.metronews.com
C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya yaitu Bagaimana menganalisa fenomena pemberitaan
kenaikan BBM dilihat dari sudut pandang teori-teori komunikasi massa
D. TUJUAN ANALISA
Tujuan dari
dilakukannya analisa tentang pemberitaan kenaikan BBM di media pemberitaan adalah
agar Mengetahui kaitan fenomena pemberitaan kenaikan BBM dengan teori-teori
komunikasi massa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
A.3. Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting adalah teori yang menyatakan bahwa
media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media
massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam
agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling
mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah :
- Masyarakat pers dan
mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk
isu.
- Konsentrasi media massa
hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu
yang lebih penting daripada isu-isu lain.
A.2. Teori
Kultivasi
Teori kultivasi
adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada
khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa Dikembangkan
oleh George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori
kultivasi ini berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul
'Indikator Budaya'. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk
mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa. Mereka.
Gerbner dan
Stephen Mirirai (1976) mengemukakan bahwa televisi sebagai media komunikasi
massa telah dibentuk sebagai simbolisasi lingkungan umum atas beragam
masyarakat yang diikat menjadi satu, bersosialisasi dan berperilaku.
Menurut teori
kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton
televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata
lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan
budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa
dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai
sosial) serta adat dan tradisi nya.
Menurut Miller
(2005: 282), teori kultivasi tidak dikembangkan untuk mempelajari "efek
yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menonton Superman akan
mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela)
melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu
bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup ". Oleh karena itu
disebut 'Analisis Budaya'.
Gerbner, Gross,
Morgan, & Signorielli (1986) berpendapat bahwa meskipun agama atau
pendidikan sebelumnya telah berpengaruh besar pada tren sosial dan adat
istiadat, namun sekarang ini, televisilah yang merupakan sumber gambaran yang
paling luas dan paling berpengaruh dalam hidup. sehingga televisi merupakan gambaran
dari lingkungan umum kehidupan masyarakat.
Teori Kultivasi
dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi
dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang
kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak
tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976)
mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi
peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi".
A.3. Teori Spiral Keheningan
Teori ini
diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle-Neumann pada tahun 1984 melalui tulisannya
yang berjudul The Spiral of Silence. Secara ringkas teori ini ingin menjawab
pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu
untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok
mayoritas? Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa seseorang sering merasa
perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok
mayoritas.
Bahkan orang-orang
yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering merasa perlu untuk mengubah
pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya ia akan merasa sendiri.
Ini bisa diamati pada individu yang menjadi masyarakat pendatang di suatu
kelompok tertentu. Ia merasa perlu diam seandainya pendapat mayoritas bertolak
belakang dengan pendapat dirinya atau kalau pendapat itu tidak merugikan
dirinya, bahkan ia sering merasa perlu untuk mengubah pendirian sesuai dengan
kelompok mayoritas dimana dia berada.
Kajian Noelle-Neumann
ini menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial. Sebagaimana kita
ketahui, opini publik sebagai sebuah isu kotroversial akan berkembang pesat
manakala dikemukakan lewat media massa. Ini berarti opini publik orang-orang
juga dibentuk, disusun, dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat
antara opini dengan media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas
dan kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral
kesunyian) karena dia barasal dari kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi
oleh isu-isu dari media massa.
Teori
spiral keheningan menyadarkan gagasan pada tiga asumsi dasar dan berdasarakan
penjelasan mengenai opini publik sebagai latar belakangnya, yaitu:
Asumsi 1 : Masyarakat memegang kekuasaan terhadap mereka yang tidak sepakat melalui
ancaman akan isolasi. Opini publiklah yang menentukan apakah nilai-nilai ini
diyakini secara sama di seluruh populasi.
Asumsi 2 : Orang secara terus menerus menilai iklim dari opini publik. Menerima informasi mengenai opini publik dari
observasi pribadi dan media.
Asumsi 3: Perilaku publik dapat berupa berbicara mengenai sesuatu atau diam. Jika
individu-individu merasa ada dukungan mengenai topik itu. Mereka akan
mengkomunikasikannya.
B. Analisi Program
B.1. Berdasarkan Teori Agenda Setting
Sesuai
pemberitaan yang disampaikan oleh salah satu stasiun berita TV terbesar di
Indonesia yakni TVONE ini menyiarkan beberapa kali pemberitaan tentang berbagai
demo yang dilakukan oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah dengan
intensitas yang cukup sering, mulai dari acara headline news, breaking news
hingga berita acara yang cukup santai pun masih membahas tentang demo kenaikan
harga BBM.
Dengan melihat teori agenda setting yang
ada menunjukkan jika TV ini berusaha menunjukkan kepada publik jika banyak yang
menolak terhadap rencana kenaikan BBM tersebut, dengan pemberitaan yang
bertemakan sama maka masyarakat selaku pemirsa TV pasti akan mengira jika
seluruh masyarakat menolak rencana tersebut. Padahal dalam kenyataannya banyak
kalangan yang sependapat dan setuju akan hal tersebut dengan melihat berbagai
argumen dan alasan yang ada, dengan seperti itu media berusaha menampilkan
kepada publik jika masyarakat indonesia serempak menolak akan rencana kenaikan
harga BBM.
Selain
itu, menurut penulis media juga berusaha menampilkan sisi lain dari mahasiswa,
karena dari segi pemberitaan yang ada selalu menunjukkan sisi negatif dari
mahasiswa yakni berupa sikap anarkis, seenaknya sendiri, dan tak mau mengalah
alias egois. Padahal kita semua tahu jika masih banyak lagi mahasiswa yang
tidak melakukan hal tersebut, banyak mahasiswa yang malah melakukan inovasi
dalam bidang otomotif dengan menciptakan kendaraan yang irit bahan bakar dan
modern malah tidak mendapat perhatian yang cukup dari media, media hanya
menampilkan keanarkisan mahasiswa saja. Tanpa memperhatikan sisi positif dari
mahasiswa. Hal ini seperti hanya menyudutkan pihak mahasiswa yang diidentikkan
dengan perusuh dan anarkisme.
Dari
teori ini dapat kita pahami jika media berusaha memberi gambaran terhadap
masyarakat jika memang mahasiswa itu adalah tukang perusuh, dan hanya melakukan
hal-hal yang tidak berguna. Karena apa yang disampaikan oleh media maka akan
menjadi opini publik.
B.2. Berdasarkan Teori Kultivasi
Lebih jauh dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada
dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatik (heavy
viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4(empat) jam setiap
harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the
television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu
mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori
kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka
semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang
terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Dari latar belakang di atas
itulah, merasa tertarik untuk menganalisis berita terkait dengan isu kenaikan
BBM, dimana media menggambarkan sesuai dengan apa yang menurut mereka layak
jual yang kadang tidak sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Pengambilan
berita-berita yang tidak seimbang yang akan membuat persepsi publik akan
menghujat satu pihak saja tanpa meminta keseimbangan berita yang tersajikan.
Dari
pemberitaan pertama:
Dengan
menggunakan teori kultivasi yang meneliti efek jangka panjang dari televisi
pada khalayak. Peneliti mencoba untuk menyimpulkan mengenai pemberitaan
tersebut. Dimana kata-kata yang dipilih menunjukan setiap mahasiswa yang
berdemo adalah mahasiswa yang anarkis. Seperti kata (menghalau) yang artinya
mahasiswa mencoba secara paksa untuk melakukan sesuatu hal tampa adanya
negossiasi terlebih dahulu. Kata (menghalau) identik dengan biang kerok, atau
perusuh. Yang seolah-olah menjelekan setiap mahasiswa yang berdemo.
Aparat hanya menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa.?
Penggunaan kata hanya adalah bentuk pencitraan
yang baik kepada kepolisian. Dimana dalam pemberitaan ini polisilah yang
dianggap benar dan mahasiswa dan buruh yang dianggap salah dalam penyampaian
aspirasinya. Penggunaan kata hanya tidak sesuai dengan kenyataanya, dimana
kepolisian juga menembakkan water canon kea rah pendemmo. Kata Hanya tidak
sesuai dengan kalimat sebelumnya, polisi dilengkapi dengan pentungan helm,
tembakan gas air mata, water canon dll. Sedangkan pendemo tidak memakai
peralatan seperti itu, meteka datang membawa aspirasi dan bendera-bendera
sebagai umbul-umbul untuk berdemo. Pelemparan batu yang dilakukan mahasiswa,
sebagai bentuk kekecewaan tertolaknya aspirasi yang mungkin dalam satu sisi
tidak adanya perwakilan dari mahasiswa atau buruh yang diijinkan untuk
berdiskusi, sehingga win-win solution tidak tercapai.
Dari
pemberitaan kedua
Penyampaian
pemberitaan yang kurang seimbang dimana pihak yang terwawancara hanya oleh satu
pihak yang pro terhadap kenaikan harga BBM saja, tidak mengikuti asas
keseimbangan berita dimana pihak yang kontrapun harus dilibatkan dalam sebuah
berita untuk penarikan kesimpulan. Pemberitaan ini seolah-olah untuk menghibur,
atau memberikan nasehat kepada masyarakat luas, apabila BBM naik tidak akan
terjadi dampak yang negatife, bahkan sebaliknya dampak positif dari kenaikan
harga BBM ini.
Dari
pemberitaan ketiga
Fraksi
PKS masih menolak kenaikan harga BBM subsidi seperti yang diusung setgab
koalisi. Pengamat politik Yunarto Wijaya menilai perdebatan fraksi terkait
tolak kenaikan harga BBM sengaja dilakukan
untuk menarik perhatian khalayak. Dalam pemberitaan ini sengaja aja setingan
untuk para kalayak, agar mendapatkan simpati untuk pemilu di tahun 2014. Disaat
partai PKS mendapatkan badai besar, (terjeratnya pembesar partai karena kasus
korupsi) sengaja PKS melakukan berbagai cara agar mendapatkan perhatian dari
khalayak.
Dari
berita keempat
Aksi
unjuk rasa tolak rencana kenaikan harga BBM subsidi terjadi di sejumlah daerah,
Senin (17/6). Pendemo kerap terlibat bentrokan dengan aparat kepolisian, seperti
yang terjadi di Makassar dan di depan Gedung DPR Jakarta. Dilihat dari teori
kultivasi (teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada
khalayak), dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang berdemonstrasi sangatlah
identik dengan anarkis. Baik itu mahasiswa ataupun buruh, sedangkan tuntutan
dari para pendemo sangat jarang dipublikasi, padahal tuntutan itulah yang
seharusnya di publikasikan agar aspirasi dapat tersampaikan oleh masyarakat
umum. Bukan keanarkisanya yang kemudian banyak masyarakat yang ikut
mengkultuskan bahwa demo sama dengan anarkis, bukan demo membangun dengan
aspirasinya, untuk memberikan saran-saran kepada pemerintah dan masyarakat
luas.
B.2.
Berdasarkan Teori Spiral Keheningan
Dalam cuplikan
video acara News TVone yang dilampirkan, Media berita yang seharusnya hanya
menyampaikan kabar peristiwa berubah menjadi ajang penyampaian opini. Dimana
opini ini berdiri di salah satu pihak yang menolak bbm dan melawan pemerintah.
Sehingga opini publik yang terbentuk adalah bahwa kenaikan BBM adalah sesuatu
yang berdampak negatif terhadap rakyat. Ini sudah menyalahi kode etik
jurnalistik dimana media dituntut untuk netral. Jika sudah begini, kecendrungan
media untuk mengendalikan opini publik semakin dominan. Dengan sifat media yang
netral, seharusnya pemberitaan tentang kenaikan BBM tidak hanya disajikan dalam
satu sisi, namun dari berbagai sisi dengan porsi yang sama besar pula. sehingga
masyarakat diberikan hak untuk memilih langkah. Dan tidak terjadi pemihakan
pada salah satu pendapat. Pada intinya, media harus netral, karena media
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan opini publik yang akan
berdampak pula terhadap perilaku publik dalam menyikapi suatu masalah.
Dalam kasus
pemberitaan kenaikan BBM, Ada sebagian orang yang setuju dengan kenaikannya tapi mereka
cenderung diam saja dan tidak pernah mengangkat suara seperti halnya yang
menolak kenaikan BBM karena takut terisolasi. Posisi sebagai mayoritas sangat mendukung untuk melakukan kegiatan
isolasi terhadap minoritas, yaitu orang-orang yang melawan opini publik yang
tengah menguasai iklim opini. Hal ini senada dengan asumsi teori spiral
keheningan yang menyatakan bahwa masyarakat mengancam individu yang
menyimpang dengan cara isolasi karena memang rasa takut akan isolasi sangat
berkuasa, tak lepas dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang sukar
hidup tanpa adanya kegiatan sosial. Sehingga, Orang yang sedang berada dalam
kelompok mayoritas sering merasa perlu mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak
mengubah pendiriannya, ia akan merasa sendiri dan terkucilkan. Berbeda dengan
Hard Core, meskipun ancapan akan isolasi tetap berkembang, tapi mereka tetap
menyuarakan apa yang mereka percayai sebuah kebenaran. Ya, meskipun pendapat mereka
tidak banyak di sorot oleh media, namun lama-kelamaan jika disertai argumentasi
yang kuat opini mereka akan tetap bertahan dan hidup.
Hal ini yang
sering terjadi dilingkungan perdebatan mahasiswa, terlebih aktivis-aktivis
pergerakan kampus. Di dalam opini yang senter berkembang di lingkung mahasiswa,
kenaikan BBM akan mengakibatkan penderitaan-penderitaan Rakyat semakin
bertambah. Sehingga sudah seperti wajib hukumnya bagi para mahasiswa untuk
turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan ini. Mereka berani melakukan ini
karena memang opini mereka adalah opini publik, dimana opini mereka ini
didukung oleh media massa yang mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi iklim
opini di khalayak. Hal ini sesuai juga
dengan asumsi Teori Spiral Keheningan yang ketiha bahwa apabila
individu-individu merasa ada dukungan mengenai topik itu. Mereka akan
mengkomunikasikannya.
Meskipun ada
pula mahasiswa yang sebenarnya setuju-setuju saja dengan kenaikan harga BBM
ini, namun mereka lebih memilih diam daripada harus terisolasi di dalam
kelompok. Dan para minoritas ini cenderung mengkomunikasikan pendapatnya dengan
orang yang sependapat dengannya. Atau mengkomunikasikannya melalui media
sosial. Mahasiswa yang berada dalam forum diskusi, cenderung memilih untuk diam
demi keselamatannya dari isolasi. Namun
ketika sudah dalam ranah media sosial seperti facebook dan twitter, para
minoritas ini cenderung berani untuk mengeluarkan pendapatnya. Karena memang
ancaman isolasi di media sosial ini sedikit. Maka bisa digaris bawahi bahwa
penyebab seseorang itu berani atau tidaknya menyampaikan satu pendapat,
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya efek isolasi yang akan diterima.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Media massa memang memilki pengaruh yang sangat besar terhadap apa yang
menjadi opini bagi publik.
B. SARAN
Literiasi media perlu dilakukan agar khalayak
umum bisa menentukan mana langkah yang akan diambil.
DAFTAR PUSATAKA
Nurudin.
2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
0 komentar: